HARIANHALUAN.COM - Sebelumnya kebangkrutan terjadi pada Silicon Valley Bank, Silvergate Bank dan Signature Bank di Amerika serikat.
Saat ini kebangkrutan mulai menjalar ke eropa, dimana muncul Credit Suisse yang menjadi pesakitan baru. Perbankan yang mengalami kebangkrutan memang kerap menjadi awal kemungkinan terjadinya Krisis atau resesi yang terjadi di suatu Negara.
Menanggapi hal tersebut, pengamat Ekonomi Sumut, Gumawan Benyamin mengatakan yang perlu diwaspadai memang adalah dampak sistemik yang mungkin terjadi dari kebangkrutan Perbankan tersebut.
Baca Juga: PLTA Maninjau Terus Suplai Listrik di Sumbar, Mampu Salurkan 132 MW
Nah jika merunut pemicu kolapsnya kondisi Perbankan akibat pembiayaan ke usaha rintisan (startup) dan aset Kripto.
"Saya pikir usaha serupa di tanah air tidak banyak mengandalkan pembiayaan dari Perbankan di indonesia, termasuk juga di wilayah Sumatera Utara," ungkapnya.
Pada dasarnya usaha sejenis yang berkembang di tanah air juga tidak sebanyak di negara AS atau Eropa.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Arus Mudik, Pelabuhan Ciwandan akan Buka Rute Penyeberangan ke Bakaheuni
Sehingga porsi pembiayaan usaha rintisan ataupun yang terkait Kripto tidak mengambil porsi pembiayaan yang besar, atau bahkan menjadi dominan dalam suatu Bank. Sehingga efek domino kebangkrutan Bank di luar tidak berasa di tanah air.
"Namun kita harus mengambil pelajaran dari situ. Dan yang kita kelola adalah kepercayaan masyarakat serta mitigasi resiko yang timbul dari kemungkinan sistemik dari kebangkrutan Bank itu sendiri," jelasnya.
"Satu hal yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan gangguan pada dunia usaha seiring dengan tingginya suku bunga," katanya.
Baca Juga: Ketika Pejabat Bea Cukai Andhi Pramono Ditangkap Polisi Malaysia: Tapi Ingat Ya, Kita...
Dimana kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS sebelumnya, digadang-gadang menjadi pemicu kebangkrutan Perbankan yang terjadi saat ini.
Selain menekan kinerja dunia usaha karena bunga tinggi, bangkrutnya sejumlah perusahaan Kripto juga disinyalir akibat peralihan dana ke US Dolar yang memberikan imbal hasil tinggi.
Artikel Terkait
Depositokan Uang Dolar AS Palsu Senilai Rp300 Miliar, Pelaku Mengaku Membelinya di Marketplace
Digitalisasi BPD, Tantangan Sekaligus Peluang untuk Berkembangnya Perbankan Daerah
Siap Berganti Status, AKBP-STIE “KBP” Segera Jadi Institut Ilmu Ekonomi, Keuangan, Bank dan Pembangunan
Bantu Tingkatkan Ekonomi Masyarakat, Pegadaian Beri Pelatihan kepada Pengrajin Sulam Suji Koto Gadang
Pengguna Pegadaian Digital Kanwil II Pekanbaru Capai 147.032 User, Saatnya Perkuat Ekonomi Dari Genggaman