"Ada 5 permasalahan UMKM di sektor Farmasi, pertama manajemen. Ketika lulus para apoteker itu minim pengalaman dalam menjalankan bisnis, retail bisnis apotik, ini seringkali dilakukan otodidak," katanya.
"Padahal, dengan teknologi kita bisa create sistem dan memeberikan sistem informasi manajemen dan memudahkan mengelola apotik di era digital ini," lanjutnya.
Yang kedua disebutnya masalah order yang berkaitan dengan permodalan.
"Kalau modalnya kecil seringkali apoteker nggak dapat barang atau dapat barang tapi harganya mahal. Nah dengan order bersama jejaring apotek yang ada di wilayah tertentu, dengan modal yang ada, para apoteker tetap bisa membeli obat dengan harga murah dan terjangkau."
Ia juga menyebutkan soal pelatihan dan komunitas. Menurutnya Farmaklik mengadakan banyak seminar workshop, coaching dan menthorship, hingga yang terakhir soal B2B.
"Lalu yang terakhir adalah 'B2B' atau bisnis to bisnis. Farmaklik mencoba membantu UMKM Farmasi di era digital. Kita ingin membuat apotek jejaring sosial untuk berdaya bersama."
Sejak running di Januari 2019, pada bulan ke-5 Farmaklik sudh masuk 500 apotek seluruh Indonesia. Ia berharap para apoteker bisa tumbuh dan maju bersama, untuk punya bergaining position yang kuat di distribusi, regulasi dan industri. Sehingga apoteker bisa berdaya dan berjaya dengan berjejaring dan dengan teknologi digital.
"Sekarang ada 18 Propinsi dari UMKM apotek hingga alkes dari seluruh Indonesia. Lalu lebih dari belasan ribu apotek telah bergabung menjadi bagian Mitra Farmaklik, tersebar di berbagai wilayah," kata dia. (*)
Artikel Terkait
HIPMI, Kemenparekraf bersama Yayasan Indonesia Setara dan Smeshub Sukses Gelar Pelatihan Kewirausahaan
Melengkapi Ekosistem Digital untuk UMKM, SMEsHub Akusisi Hint Media
Dukung Pengembangan UKM, SMEsHub Indonesia Gelar SMEsX 2023 UMKM Melesat
Langkah Strategis, SMEsHub Indonesia Yakin SMEsLive Makin Bikin Ekosistem UMKM Kian Melesat