HARIANHALUAN.COM - JD.ID (PT. Jingdong Indonesia Pertama) adalah perusahaan e-commerce di Indonesia yang didirikan oleh Liu Qiangdong.
Per November 2015, JD.ID meraih status unicorn pada 2019 dengan valuasi US$1 miliar atau sekitar Rp14,1 triliun.
Perjuangan seorang taipan Tiongkok, Liu Qiangdong (Richard Liu) meraih kesuksesan yang tak terduga. Bisnis yang ia mulai sering gagal.
Mulai dari industri makanan hingga elektronik. Adanya kasus sindrom pernapasan akut (SARS) yang melanda China menjadi salah satu penyebabnya.
Dia tidak menyerah. Virus Sars sangat menginspirasinya untuk mengubah fokus bisnisnya dari offline menjadi online. JD.com lahir.
Perdagangan elektronik (e-commerce) sangat menguntungkan. JD.com juga telah memasuki pasar Asia Tenggara. Indonesia, terutama.
Perusahaan tersebut kemudian dikenal dengan nama JD.ID. Tidak ada pengusaha yang memiliki jalan mudah untuk memulai bisnis.
Ini adalah sesuatu yang diterima Richard Liu ketika dia mulai menentukan jalan hidupnya sebagai pengusaha. Ia yang baru saja lulus kuliah mulai tertarik dengan industri makanan.
Bisnis tersebut dinilai mendatangkan keuntungan berlimpah. Apalagi makanan adalah kebutuhan paling umum dalam hidup.
Jauh dari api. Perdagangan makanan berakhir dengan kegagalan. Bukan karena tidak laku, tapi karena dikhianati oleh rakyatnya yang merampas keuntungan penjualan.
Kegagalan ini tidak serta merta mematahkan semangat Richard Liu. Dia mulai mempertahankan bisnis lain.
Artikel Terkait
Fakta Terkuak! Ternyata Ini Alasan Kenapa JD.ID PHK Karyawan dan Tutup Permanen
Bye JD.ID Tutup Per 31 Maret 2023, Presiden Partai Buruh: Jangan Kaget Meluas ke E Commerce Lain
Bukan Cuma JD.ID, Ini Daftar Perusahaan E-Commerce yang Gulung Tikar di Indonesia
JD.ID Tutup, Berikut Sejarah Singkatnya yang Berani Buka karena Tergiur Pertumbuhan Pasar Online di Indonesia
Kisah Liu Qiangdong, Pendiri JD.ID yang Dikerjai Sejoli Mabuk Asmara