Politikus oposisi di parlemen Turki menganggap inflasi ini menggiring Turki menghadapi 'malapetaka' paling gelap dalam sejarah.
Kilicdaroglu menyalahkan Erdogan, yang telah memimpin Turki sejak 2003, sebagai penyebab nilai lira yang terus terperosok.
Mantan perdana menteri Turki, Ahmet Davutoglu, eks sekutu Erdogan, menganggap kebijakan ekonomi sang presiden merupakan bentuk 'pengkhianatan dan bukan soal ketidaktahuan.'
Protes keras itu sejalan dengan kebijakan Erdogan memangkas suku bunga bank sentral yang ia yakini dapat menggenjot ekspor, investasi, dan lapangan pekerjaan. Di sisi lain, sebagian ekonom menilai penurunan suku bunga adalah kebijakan yang 'sembrono'.
Kemerosotan lira berujung pada pencopotan menteri keuangan negara itu pada Desember 2021. Menurut dekrit presiden, Erdogan menerima pengunduran diri dari mantan menkeu Turki Lutfi Elvan dan menunjuk Nureddin Nebati sebagai penggantinya.
Bukannya membaik, pada akhir tahun lalu mata uang lira kian anjlok usai Erdogan mengutip ajaran Islam guna membenarkan keputusannya tak menaikkan suku bunga demi menstabilkan mata uang.
Erdogan membuat bank sentral Turki menurunkan biaya pinjaman secara tajam meski tingkat inflasi tahunan negara itu melonjak lebih dari 20 persen. Para ekonom memproyeksikan kebijakan itu akan mengantarkan inflasi tembus 30 persen atau lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan.
Meski demikian, Erdogan tak goyah. Ia mengatakan bahwa keyakinannya sebagai seorang Muslim mencegahnya mendukung kenaikan suku bunga.
Erdogan sebelumnya mengutip Alquran dalam menjelaskan mengapa dia percaya suku bunga mengakibatkan inflasi. Bukan sebaliknya.
Sebagai informasi, suku bunga yang tinggi menjadi hambatan bagi aktivitas dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tapi, bank sentral biasanya menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi yang tidak terkendali.
Artikel Terkait
Rekomendasi Saham di Tengah Ancaman Inflasi Global
Ramai Dijatuhi Sanksi, Turki Siap Sambut Kedatangan Miliarder Rusia yang Terkena Imbas Invansi
Perundingan Rusia-Ukraina di Turki Hari Ini, Erdogan: Harapkan Perdamaian Segera