Steve Ballmer sepertinya sukses mematahkan stereotip mustahil menjadi orang terkaya di dunia dengan meniti karir sebagai karyawan sebuah perusahaan.
Tengoklah, tidak seperti orang-orang terkaya di dunia pada umumnya yang bergelimang harta dari warisan atau kerja keras membangun berbisnis, Ballmer benar-benar menjadi miliarder karena opsi kepemilikan saham yang diterima dari tempatnya bekerja.
Benarlah pepatah sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Ballmer yang getol mengoleksi saham pemberian perusahaan, kini didapuk menjadi orang terkaya ke-9 di dunia pada tahun ini, naik dari peringkat 14 pada 2021 lalu.
Ballmer sekaligus menjadi orang kedua di dunia setelah almarhum Roberto Goizueta, mantan CEO The Coca-Cola Company, yang sukses menjadi miliarder dari kepemilikan saham perusahaan, tapi bukan berawal sebagai pendiri perusahaan atau investor yang membeli saham.
Mengutip Forbes, Rabu (20/4), kekayaan Ballmer mencapai US$91,4 miliar atau setara Rp1.311 triliun (kurs Rp14.350 per dolar AS). Kekayaannya menanjak 33 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu US$68,7 miliar.
Bagaimana Ballmer meniti karir hingga jadi orang terkaya? Berikut kisahnya.
Pemilik nama lengkap Steven Anthony Ballmer ini lahir di Detroit, Michigas, AS, pada 24 Maret 1956 silam. Ayahnya, Frederic Henry Ballmer adalah seorang manajer di Ford Motor Company, sekaligus imigran Swiss, yang berambisi putranya bakal bersekolah di Harvard. Sementara ibunya, Beatrice Dworkin, seorang Yahudi Belarusia.
Baca Juga: Sukses Berbisnis, Inilah Tujuh Sosok Wanita Terkaya di Indonesia Tahun 2022
Ballmer dikenal sebagai anak pintar. Ia pernah mengenyam pendidikan di sekolah internasional Brussel pada 1964-1967. Bahkan, dia mengalahkan skor Bill Gates dalam kompetisi matematika William Lowell Putnam.
Artikel Terkait
Viral! Pabrik Milik Orang Terkaya RI Bagi-Bagi THR ke Karyawan Senilai Total 116 Milliar
Pilih Tinggal di Rumah Teman, Orang Terkaya Dunia Ternyata Tak Punya Rumah
Orang Terkaya di Dunia Elon Musk Resmi Beli Twitter, Gelontorkan Uang Rp 643 Triliun