Aktivitas pabrik China terkontraksi pada Juli 2022 di tengah peningkatan kasus covid-19. Biro Statistik China (NBS) mencatat Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur turun menjadi 49 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 50,2.
Realisasi ini di luar ekspektasi para analis yang disurvei Reuters yang memperkirakan bahwa PMI manufaktur China meningkat ke posisi 50,4.
"Tingkat kemakmuran ekonomi di China telah turun. Fondasi untuk pemulihan membutuhkan konsolidasi," ujar Ahli Statistik Senior NBS Zhao Qinghe, dilansir Senin (1/8).
Salah satu faktor utama yang menurunkan PMI manufaktur China, kata Zhao, industri peleburan minyak, batu bara, dan logam.
Selain itu, pabrik di China bergulat dengan harga bahan baku yang tinggi yang menekan margin keuntungan di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global.
Baca Juga: Pabrik Tesla Rugi Miliaran Dolar AS, Begini Penuturan Elon Musk
Kepala Ekonom sekaligus Kepala Penelitian di Jones Lang Lasalle Ing Bruce Pang menyebut pemulihan ekonomi China berjalan lambat dan rapuh. "Pertumbuhan kuartal ketiga mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar dari yang diharapkan," katanya.
Sementara itu, PMI non-manufaktur pada Juli turun dari 54,7 pada Juni menjadi 53,8. Sedangkan, PMI komposit resmi yang mencakup manufaktur dan jasa turun menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,1.
Tak cuma China, Korea Selatan (Korsel) juga mencatat penurunan aktivitas pabrik di negaranya. Bahkan, tercatat menjadi yang terendah pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
Artikel Terkait
Harga Sawit Tingkat Pabrik Anjlok, hingga Rp750 per Kilogram
Akibat Arus Pendek, Pabrik Pipa Paralon Terbakar di Tangerang
LG akan Berinvestasi di IKN dan Melakukan Relokasi Pabrik China ke Indonesia