Inflasi Tinggi dan Perlambatan Bayangi Pemulihan Ekonomi

- Selasa, 27 September 2022 | 21:44 WIB
Ilustrasi terjadinya inflasi
Ilustrasi terjadinya inflasi

HARIAN HALUAN - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rahman mengatakan, inflasi tahun ini bisa mencapai 6.27%. Angka ini jauh dari proyeksi pemerintah yang menargetkan inflasi dibawah 5%. Selain itu diprediksikan Bank Indonesia akan terus menaikkan suku bunga acuan.

“Kami prediksikan suku bunga acuan bisa mencapai 5% pada akhir tahun,“ sebut Faisal saat berbincang hari ini. 

Penyebabnya adalah tekanan eksternal berlanjut dari lebih agresifnya banyak bank sentral di negara-negara besar dalam menaikan suku bunganya yang berujung pada risk off sentiment pada negara sedang berkembang termasuk indonesia (capital outflow).

Baca Juga: Pemerintah Optimis Capai Target Inflasi Pangan di Bawah 5 Persen

“Selain itu, fear of global recession juga menaikan risiko turunnya surplus neraca dagang akibat turunnya permintaan dan turunnya harga komoditas. Kedua hal tersebut memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah,“ jelas Faisal. 

Kemudian dia menambahkan, dari sisi domestik, inflasi masih diperkirakan akan terus berlanjut tinggi sehingga inflasi dapat mencapai 6,27% pada akhir tahun.

Sementara itu, musim dingin di belahan dunia barat diprediksi akan membuat inflasi di negara barat naik. Di Indonesia sendiri, musim hujan dan libur natal dan liburan tahun baru diperkirakan akan mendorong inflasi. 

Baca Juga: Airlangga Hartarto Optimis Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5 Persen

“Musim hujan atau basah seperti sekarang ini dapat memberikan tekanan bagi produksi pangan. jadi tekanan inflasi dari pangan masih akan berisiko menaikkan inflasi. selain itu ada pula libur nataru juga memberikan dampak seasonal atau musiman dimana permintaan biasanya naik sehingga meningkatkan demand pull inflation,” terang Faisal.

Inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi menjadi tantangan bagi negara-negara di seluruh dunia. Baru-baru ini Bank Dunia menurunkan lagi proyeksi pertumbuhan China dan Asia pada umumnya. Perang antara Rusia dan Ukraina pun masih terus berlanjut. Namun kata Faisal, masih ada peluang perekonomian Indonesia tumbuh di tengah tantangan global tersebut. 

Jika perang Rusia dan Ukraina masih berlanjut, kemungkinan permintaan energi dari Indonesia oleh global masih ada meski terjadi perlambatan dari china. Ini menjadi ini salah satu alasan yang membuat kita bisa mempertahankan surplus neraca dagang berbulan-bulan.” tandas Faisal. Peluang surplus masih ada, namun menyusut di kedepannya. 

Baca Juga: Bangkrut! Sri Lanka Salah Urus, Inflasi Agustus 70,2 Persen Akibat Lonjakan Harga

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan keberhasilan menekan angka inflasi volatile food menjadi salah satu faktor penurunan tingkat inflasi. 

Ketum Golkar itu juga mengungkapkan terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga, serta menjaga rantai pasok terutama komoditas pangan. 

Pemerintah pusat melalui TPIP-TPID akan terus memperkuat koordinasi maupun sinergi program kebijakan untuk stabilisasi harga dan melakukan perluasan kerja sama antar daerah (KAD), terutama untuk daerah surplus/defisit dalam menjaga ketersediaan suplai komoditas.

Halaman:

Editor: Jefrimon

Tags

Terkini

X