HARIANHALUAN.COM - Raja Belanda Willem-Alexander mengatakan tidak akan lagi menggunakan kereta kencana Gouden Koets, di tengah perdebatan perihal keterkaitan kendaraan kerajaan itu dengan perbudakan era kolonial Belanda.
Baca Juga: Toleransi Muslim Terhadap Tetangganya yang Yahudi
Salah satu sisi badan gerbong kereta kencana berwarna emas itu dilukis dengan gambar yang, menurut para kritikus, mengagungkan era kolonial Belanda.
“Gouden Koets hanya akan dikendarai lagi ketika bangsa Belanda sudah siap dan saat ini keadaannya tidak demikian,” kata Raja Willem-Alexander dalam pesan video seperti dilansir Associated Press Kamis (13/1/2022).
Baca Juga: Unik, Hidayah Islam Diperoleh Gadis Ini Justru Setelah Mendebat dan Musuhi Ibundanya
Lukisan di dinding gerbong – yang dikenal sebagai “Persembahan dari koloni-koloni” – menampakkan orang-orang kulit hitam dan Asia (orang berpakaian adat Jawa lengkap dengan blangkon dan keris) menyerahkan upeti kepada seorang wanita muda berkulit putih simbol Belanda.
Kereta itu saat ini dipajang di museum Amsterdam setelah menjalani restorasi yang memakan waktu lama. Kereta yang ditarik kuda itu sebelumnya dipergunakan anggota keluarga Raja Belanda melalui jalan-jalan di kota Den Haag menjelang awal pembukaan parlemen setiap September.
“Tidak ada gunanya mengutuk dan mendiskualifikasi apa yang telah terjadi melalui lensa zaman kita,” kata Raja Willem-Alexander.
“Sekedar melarang benda dan simbol sejarah tentu saja juga bukan solusi. Sebaliknya, diperlukan upaya bersama yang lebih dalam dan memakan waktu lebih lama. Sebuah usaha yang menyatukan kita dan bukan memecah belah kita,” imbuhnya.
Para aktivis anti-rasisme menyambut baik keputusan itu, tetapi menyeru lebih banyak tindakan dari keluarga Kerajaan Belanda.
“Dia mengatakan masa lalu tidak boleh dilihat dari perspektif dan nilai-nilai masa kini,” kata Mitchell Esajas, salah satu pendiri The Black Archives di Amsterdam.
“Saya pikir itu adalah kekeliruan karena, juga dalam konteks sejarah, perbudakan dapat dilihat sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan sebuah sistem kekerasan,” imbuhnya.
Tahun lalu, Walikota Amsterdam Femke Halsema meminta maaf atas keterlibatan para mantan gubernur pendahulunya dalam perdagangan budak.
Belanda sebagaimana diketahui sejarahnya sebagai negara adidaya kolonial abad ke-17, di mana pedagang-pedagang Belanda menghasilkan banyak uang dari perbudakan. (*)
Artikel Terkait
Jelang Italia vs Swiss: Misi Rossocrociati untuk Kalahkan Azzurri
Italia vs Swiss: Jorginho Gagal Bawa Azzurri Raih 3 Poin
Jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa Pekan Ini: Swiss Jamu Bulgaria
Kalahkan Bulgaria, Swiss Lolos ke Piala Dunia 2022
Swiss dan Segala Aturan Unik yang Berlaku: Lelaki Tidak Boleh Buang Air Saat Malam
Punya Utang Rp1,2 Triliun, Pangeran Arab Dikejar-kejar Bank Swiss
Swiss Larang Warganya Pakai Aplikasi Whatsapp Hingga Telegram