HARIAN HALUAN - Kerjasama antara Amerika Serikat (AS) dan Tokyo telah mendapatkan momentum untuk membuat militer Jepang lebih peka dalam menanggapi meningkatnya peran regional dan global China.
Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada minggu lalu.
Sekaitan itu keduanya membahas sikap China terhadap krisis Rusia-Ukraina, keseimbangan di kawasan Indo-Pasifik, dan Selat Taiwan, yang dipandang sebagai titik lemah Beijing seperti dikutip dari Daily Sabah, Kamis 12 Mei 2022.
Baca Juga: Tegas! Jepang Usir Diplomat Rusia Juga Hentikan Perdagangan, Ini Alasannya
Struktur militer di Jepang tidak dikategorikan sebagai tentara, tetapi sebagai pasukan pertahanan diri, tetapi menempati urutan kelima dalam klasemen daya tembak global antara India dan Korea Selatan.
Didirikan pada tahun 1954, Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) memiliki sifat pasifis sesuai dengan Pasal 9 Konstitusi yang menolak penggunaan perang untuk menyelesaikan perselisihan.
Ini mencakup sekitar 250.000 personel aktif dan 60.000 lainnya sebagai cadangan.
Baca Juga: Pesatnya Antara Kebutuhan dan Keinginan Akan Teknologi China
Sejalan dengan kesepakatan bilateral antara Washington dan Tokyo, pemerintah Jepang telah menanggung biaya layanan, aplikasi, tenaga kerja, dan pelatihan militer AS di negara itu sejak 1978.
Artikel Terkait
China Tingkatan Sistem Satelit Pengintai Canggih dengan Kecerdasan BuatanĀ
Dikepung NATO, Serbia Impor Banyak Senjata China: Hindari Tragedi 1990 Terulang
China dan Rusia 'Meledakkan' Supremasi Luar Angkasa Amerika
Garap Industri Baterai Senilai Rp214 Triliun, RI Gandeng Raksasa Korsel dan China
Waduh, China Malah Hentikan Pembuatan Drone di Rusia dan Ukraina
Indonesia Melandai, Kasus Covid-19 di China Menggila
Pesatnya Antara Kebutuhan dan Keinginan Akan Teknologi China