HARIANHALUAN.COM – Siapa diantara kamu yang sudah pernah membaca novel trilogy 5 menara? Yuk simak kisah inspiratif A Fuadi penulis novel asal Minang yang dikenal lewat karyanya Trilogy 5 Menara.
Tidak hanya karyanya saja yang menginspirasi, tapi perjalanan hidup sosok penulisnya, A Fuadi juga sangat inspiratif.
Diketahui bahwa A Fuadi, penulis dari Novel Trilogy 5 Menara ini memiliki latar pendidikan S1 Hubungan Internasional UNPAD.
Dengan membawa mimpi bisa pergi keluar negeri ia pun mendapatkan sejumlah beasiswa yang bisa membawanya keliling dunia mulai dari Singapura, Kanada, hingga ke Inggris.
Terkait kisah Alif di Negeri 5 Menara, penulis novel asal Minang tersebut mengungkapkan bahwa cerita di novel tersebut bukanlah biografi hanya saja itu terinspirasi dari timline perjalanan hidupnya dengan tambahan fiksi di dalamnya.
“Itu bukan biografi tapi diinspirasi oleh timeline hidup saya dan ada tambahan fiksinya. Jadi kadang-kadang orang kan nangis, baca terus konfirmasi yang bagian ini gimana? Saya bilang itu ada bagian real ada juga yang tambahan (fiksi),” ujar A Fuadi dalam kanal Youtube Helmi Yahya Bicara dilansir haranhaluan.com pada Rabu, 29 Maret 2023.
“Tapi memang perjalanan-perjalanan utama itu yang saya alami, Bang. Ya jadi dari kampung halaman di pinggir Danau Maninjau lalu pindah ke pulau baru (pulau Jawa) ketika umur 15 tahun dan kemudian (bisa merantau) ke mana-mana.”
Menurutnya yang paling menarik dari Novel Negeri 5 Menara ini ialah mengenai perjalanan awal merantaunya.
Dimana saat itu ia merantau ke pulau Jawa itu ketika usianya masih muda sekali (15 tahun) dan keputusannya merantaunya saat itu bahkan bukan dengan senang hati.
“Jadi waktu saya lulus SMP, Tsanawiyah waktu itu ya di Padang Panjang, saya pengen rencananya masuk SMA. (Dimana saya) pengen kayak Habibie yang tahu ilmu pengetahuan hingga bisa merantau ke Eropa. Terus nilai saya (saat lulus SMP) bagus, Bang. Juara gitu kan, lalu saya bilang sama Ibu saya, sama Ama ya, saya mau masuk SMA. Tapi mama saya bilang nilai-nilai yang bagus kayak gini, kamu nggak boleh masuk SMA.”
Fuadi bercerita bahwa salah satu faktor yang membuat sang ibu tak menyetujui keinginannya masuk SMA ialah karena amaknya punya pandangan yang berbeda dengan orang lain.
“Waktu itu sebagian orangg berpikir ya kalau engga lulus sma yang baik, engga lulus sana sini barulah masuk pesantren. Pilihan terakhirlah. Dan amak tidak mau kayak gitu.
Karena dia berfikir gini, coba kalau orang yang dikirim ke pesantren bukan yang terbaik, bukan yang pilihan, lalu mereka lulus pesantren dan mereka akan mengajar umat, kira-kira gimana tuh kualitasnya? Jadi berfikirnya kayak gitu.
Artikel Terkait
Di Depan Gubernur Sumbar, Vino G Bastian Akui Senang Perankan Karakter Buya Hamka
Vino G Bastian Dipuji Gubernur Sumbar, Begini Reaksi Pemeran Buya Hamka dalam Film Barunya
Kenali Sosok Buya Hamka yang Diperankan Vino G Bastian Sebelum Nonton Filmnya, Ternyata Banyak Fakta Unik
8 Fakta Menarik Film Buya Hamka, Tokoh Pahlawan Kebanggaan Masyarakat Sumatera Barat