Sejarah dan Filosofi Makna Lirik Lagu Turi Putih: Sholawat Pengingat Kematian yang Bikin Merinding

- Kamis, 1 Desember 2022 | 14:45 WIB
Lirik sholawat Turi Putih Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf. (Tangkap layar YouTube Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf)
Lirik sholawat Turi Putih Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf. (Tangkap layar YouTube Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf)

HARIANHALUAN.COM - Turi Putih merupakan lagu sholawat yang cukup populer dikenal masyarakat khususnya di Jawa.

Lagu sholawat berbahasa Jawa 'Turi Putih' ini sudah ada sejak zaman dahulu yakni semenjak agama Islam masuk ke nusantara.

Sebagaimana disebutkan bahwa mulanya lagu Turi Putih ini diciptakan oleh Sunan Giri atau Muhammad Ainul Yakin yang merupakan salah satu tokoh Walisongo.

Walisongo sendiri ialah tokoh yang berperan besar dalam menyebarkan agama Islam terutama di tanah Jawa pada masa kerajaan atau sekitar abad 14, yang terdiri dari sembilan tokoh yakni Sunan Gresik, Ampel, Bonang, Drajat, Giri, Kalijaga, Kudus, Muria dan Gunung Jati, yang kesemuanya memiliki gelar Sunan (yang dihormati).

Baca Juga: Ini Lirik Lagu Sholawat Turi Putih yang Populer Dinyanyikan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf

Di mana lagu tersebut digunakan oleh Sunan Giri sebagai instrumen dakwah dalam menyiarkan agama Islam.

Lagu sholawatan Turi Putih juga terinspirasi dari kembang atau bunga tanaman Turi yang berwarna putih.

Lagu sholawat tersebut memiliki makna dan nasihat bagi manusia untuk senantiasa mengingat kematian dan menyiapkan bekal sebaik mungkin sebelum menemui ajalnya.

Sebagaimana yang dilansir Harianhaluan.com dari darulfalah.sch.id dan Dewi Farah Adibah (2017) berikut adalah filosofi lagu Turi Putih adalah:

Baca Juga: Terinspirasi dari Sumpah Pemuda, Berikut Lirik Lagu Satu Nusa Satu Bangsa beserta Makna dan Sejarahnya

1. Pemilihan judul dan lirik kata ‘Turi Putih’, Turi berasal kata tak aturi (saya beritahu), dan putih merupakan makna kiasan dari kain kafan yang berwarna putih sebagai pakaian terakhir seorang muslim apabila telah meninggal dunia.

2. Makna ‘ditandur ning kebon agung’ berarti ditanam di sebuah taman atau kebun yang megah atau agung. Secara implisit maknanya dapat berarti setelah meninggal manusia akan dikubur di sebuah pemakaman tanpa ada seorangpun yang menemani.

3. Makna ‘ono cleret tiba nyemplung’ berarti melesat secepat kilat lalu akan jatuh ke dalam lubang, yang menggambarkan atau mengingatkan bahwa kehidupan di dunia itu sangat singkat kemudian manusia akan memasuki liang lahat.

4. Makna ‘mbok kira kembange opo’ atau kamu kira (yang dijatuhkan) bunganya apa, dapat berarti berupa kalimat retorik yang menanyakan amal perbuatan apa saja yang akan atau sudah dibawa si mayat menuju kematiannya, apakah sudah cukup bekalnya?.

Halaman:

Editor: Nick Ade

Sumber: darulfalah.sch.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X