Sejarah dan Tradisi Masjid Menara Kudus, Masjid Tertua di Pulau Jawa

- Minggu, 5 Februari 2023 | 20:47 WIB
Masjid Menara Kudus yang terletak di Jawa Tengah yang menyimpan sejarah dan tradisi unik. (Godnewsfromindonesia)
Masjid Menara Kudus yang terletak di Jawa Tengah yang menyimpan sejarah dan tradisi unik. (Godnewsfromindonesia)

HARIANHALUAN.COM - Masjid Menara Kudus atau yang memiliki nama asli Masjid Al-Quds merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa.

Terletak di Jalan Menara, Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Masjid Menara Kudus memiliki sejarah panjang dan tradisi tertentu yang masih ada hingga kini.

Masjid Menara Kudus yang sudah mencapai usia hampir 500 tahun ini juga merupakan salah satu peninggalan sejarah sebagai bukti proses penyebaran Islam di Tanah Jawa

Baca Juga: Jeka Saragih Kalah Dari Petarung Wakil India, Gagal Dapet Kontrak UFC

Prasasti yang ada di atas mihrab masjid Kudus berangka 956 Hijriah, atau 1549 Masehi yang memiliki sejarah tersendiri.

Masjid Menara Kudus dibangun oleh Ja’far Shadiq, atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus. Al-Quds sendiri merupakan nama kota suci yang ada di Palestina atau dikenal dengan Yerusalem.

Nama Al-Quds diucapkan sebagai Kudus ini dipilih oleh Sunan Kudus untuk mengobati kerinduannya terhadap tanah kelahiran yakni Palestina sekitar tahun 1500-an.

Baca Juga: Miris! Di Padang Pariaman Masih Banyak Rumah Warga Tidak Berlistrik

Masjid Menara Kudus tergolong berbeda dengan masjid pada umumnya, terutama pada desain arsitektur menara.

Pada masjid kebanyakan, menara dibuat layaknya tugu seperti biasa, namun menara masjid peninggalan Sunan Kudus ini di desain seperti bangunan candi.

Gaya arsitektur Masjiid Menara Kudus secara keseluruhan bergaya tradisi seni Hindu. Hal ini dapat dilihat pada struktur dan bentuk atap berupa tumpang bersusun tiga.

Baca Juga: JJJLP Jadi Pusat Ribuan Penonton, Ternyata ini Perasaan Tersembunyi Anak Kedua yang Jarang Diketahui Orang Tua

Sementara bangunan menara masjid Kudus menyerupai Candi Jago, yang merupakan peninggalan Raja Singasari Wishnuwardhana.

Pintu gerbang Masjid Menara Kudus juga mirip Candi Belah atau Candi Bentar. Sementara dua daun pintu dibuat kembar sebagai totalitas tradisi seni kori agung atau paduraksa.

Meski secara garis besar bangunan Masjid Menara Kudus kental dengan aroma Hindu, namun pada bagian ornamen masjid sangat kental dengan unsur-unsur Arab dan Islam.

Baca Juga: Cair Februari 2023, Ini Kategori Penerima Bansos PKH, Lansia Bisa Terima 2,4 Juta

Dilansir dari Indonesia Kaya, gaya arsitektur candi pada Menara Kudus menyerupai candi-candi di Jawa Timur, salah satunya seperti Candi Jago di Malang. Selain itu, bangunan masjid ini juga menyerupai Menara Kukul di Bali.

Menara yang memiliki ketinggian 17 meter dan luas sekitar 100 meter persegi ini menjadi simbol akulturasi antara kebudayaan Hindu, Jawa, dengan Islam yang bernilai arkeologis dan historis tinggi.

Menurut cerita, Sunan Kudus membangun menara ini dengan cara menggosok-gosokkan batu bata yang satu dengan lain sehingga menjadi lengket.

Baca Juga: Fakta Fakta Wow Mamah Muda Bos Rental PS Lecehkan 11 Anak: Disuruh Nonton Wikwik dan Pegang Payudara

Kemudian, di bagian ujung menara yang beratap dua lapis dengan konstruksi kayu jati ini ditopang empat saka guru.

Ornamen berunsur Arab dan Islam salah satunya dapat ditemukan di padasan atau bak air, yang letaknya di samping bangunan masjid.

Padasan tersebut terbuat dari susunan bata merah, yang bagian bawahnya terdapat ornamen pola anyaman simpul (Arbesque) dengan menggunakan batu putih.

Baca Juga: Cap Go Meh dan Awal Kisah Etnis Tionghoa di Padang

Ornamen tersebut mengisi panil-panil pada bagian dinding padasan dengan jumlah 18 buah.

Menara Kudus terdiri dari tiga bagian, yakni kepala, badan, dan kaki. Bagian kepala menara berisi sebuah bedug yang berfungsi sebagai penanda waktu shalat, bagian badan menara berisi ruangan atau relung kosong.

Relung dalam bangunan bercorak Hindu biasanya berisi patung atau arca, sedangkan bagian kaki menara terdapat motif khas budaya Hindu.

Baca Juga: Survei Terkini PWS, Anies dan Ganjar di Bawah Prabowo Subianto

Masjid Menara Kudus sendiri seringkali menggelar sebuah tradisi rutin, tepatnya di bulan Ramadhan dengan selalu melaksanakan Shalat Tarawih sejak malam pertama, yakni dengan 20 Rakaat ditambah Shalat Witir 3 Rakaat, dengan bacaan shalatnya yaitu satu juz Al-Qur’an.

Kemudian untuk ngaji kitab kuning, dimulai pada 3 Ramadhan, pertama yakni ngaji Kitab Tafsir Al-Qur’an setelah melaksanakan Shalat Shubuh yang dipimpin oleh KH Yusrul Hana Syaroni.

Lalu, ngaji kitab Durrotun Nasihin yang dipimpin oleh Muhammad Fathan yang dimulai pada sore hari hingga menjelang buka puasa, dan tadarusan umum yang dilakukan setelah selesai Shalat Tarawih.

Baca Juga: Hasil SSGI Terbaru, Angka Stunting di Tanah Datar Turun

Selain tradisi rutin pada bulan Ramadhan, Masjid Menara Kudus juga mengadakan kegiatan pengajian lain seperti Pengajian 10 Muharram, yang mana acara tersebut yakni acara buka luwur Sunan Kudus.

Warga setempat yang datang pada acaraa tradisi di Masjid Menara Kudus ini agar mendapatkan berkah dari Sunan Kudus.***

Halaman:

Editor: Erizky Bagus Z

Sumber: Indonesia Kaya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X