Kesbangpol Sudah Kantongi Identitas Pengikut Aliran Pelindung Kehidupan di Solok Selatan

- Selasa, 12 Oktober 2021 | 10:04 WIB
Kantor Bupati Solok Selatan (harianhaluan.com)
Kantor Bupati Solok Selatan (harianhaluan.com)

 

SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.COM - Pelaksana Tugas Kepala Kesbangpol Solok Selatan (Solsel) Ibrahim menyatakan sudah mengantongi identitas pengikut aliran 'Pelindung Kehidupan' yang ada di kabupaten Sarantau Sasurambi itu.

"Iya Kami sudah dapat informasi. Aliran ini berkedok Pengobatan dan pengikutnya sudah menyebar di jorong Simancuang Kecamatan Pauh Duo dan Sangir. Jumlah pengikutnya hampir 600 orang," kata Ibrahim saat ditemui harianhaluan.com, Selasa (12/10/2021).

Menurutnya, untuk menindaklanjuti itu pihaknya bakal segera melaporkan kepada Bupati Solsel terkait aliran tersebut.

"Kami juga akan surati Kemenag dan instansi terkait lainnya untuk duduk bersama dalam Forum umat beragama," katanya.

Baca Juga: Menebus Hak Hingga Rp5 Juta, Aliran Pelindung Kehidupan Sempat Miliki Pengikut di Sumbar

Sebelumnya, Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pekem) Solsel menemukan suatu ajaran yang bernama 'Pelindung Kehidupan' yang diyakini sudah memiliki pengikut.

Para pengikut ajaran Pelindung Kehidupan sebelum bergabung harus dimandikan dahulu pada malam hari dan melakukan pembayaran yang dinamakan 'Menebus Hak' kepada sang Guru Besar (Pemimpin Ajaran). Setelah itu baru dianggap bersih dan bisa melakukan pengobatan kepada orang yang dalam kondisi sakit.

M.Fajrin, Kasi Intel Kejaksaan Negeri (Kejari) Solsel yang juga Wakil Ketua Pakem Solsel mengatakan ajaran ini berkembang di daerah Jorong Simancuang Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo dan telah memiliki sekitar 20 orang pengikut.

"Ajaran ini dibawa oleh seorang yang dinamakan Guru Besar Pelindung Kehidupan. Konon didapatkan oleh orang yang disebut guru dari Provinsi Lampung, berinisial ST usia 40 tahun," katanya saat dihubungi Harianhaluan.com, Minggu (10/10/2021).

Menurut Fajrin, aktivitas ritual yang dilakukan itu terendus, terakhir melakukan aktivitas ritual di kediaman yang disebut Guru Besar pada Juni 2021.

"Semenjak saat itu hingga sekarang tidak ada lagi aktivitas ritual di Simancuang. Informasinya sudah pindah ke daerah Golden Arm kecamatan Sangir. Namun, Kami belum pastikan keberadaan sang Guru," bebernya.

berdsarkan keterangan tetangga ST, menerangkan bahwa pengikut aliran ini cukup Salat satu kali seumur hidup sudah cukup. Namun, kebenaran keterangan belum bisa dipastikan karena ST sudah tidak berada di Simancuang.

Kemudian, ajaran ini juga bisa melakukan pengobatan dengan cara 'menebus hak' dengan tarif yang bervariatif Rp2 juta sampai Rp 5 juta. "Dan pengikut dimandikan dimalam hari, dan dengan menebus hak dianggap telah bersih," sebutnya.

Dia menyatakan, bahwa perkumpulan biasanya dilaksanakan setelah waktu Isya sampai pukul 04.00 WIB yang dilaksanalan 2 kali dalam seminggu. Jumlah pengikut sekitar 20 orang dan mayoritas adalah warga jorong Simancuang.

Halaman:

Editor: Jefli Bridge

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X