Dikhawatirkan Hanya jadi Monumen, Rizal Ramli Sarankan Pembangunan IKN Dihentikan

- Kamis, 21 Oktober 2021 | 09:12 WIB
Rizal Ramli.
Rizal Ramli.

JAKARTA, HARIANHALUAN.COM - Ekonom Rizal Ramli menyarankan pemerintah membatalkan dua megaproyek, yaitu pemindahan ibu kota negara (IKN) dan kereta cepat Jakarta-Bandung. Karena dianggap membebani keuangan negara dan memperburuk fiskal yang tengah defisit akibat penanganan pandemi Covd-19.

"Kita enggak punya uang untuk membangun proyek ini atau proyek itu. Tapi mereka paksakan juga, bikin Ibu kota baru misalnya," kata Rizal Ramli dalam Gelora Talk bertajuk 'APBN di antara Himpitan Pajak dan Utang Negara' yang disiarkan live streaming di Channel YouTube Gelora TV, Rabu (20/10/2021) petang.

Baca Juga: Ribuan Kapal China Masuk Laut Natuna, Rizal Ramli Tulis Sindiran Ini di Twitter

Menurut Rizal, pemindahan ibu kota dan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bukan prioritas untuk saat ini dan tidak perlu dipaksakan kelanjutan pembangunannya.

Rizal Ramli mengkhawatirkan IKN baru itu akan gagal dan hanya menjadi monumen, seperti di Brazil dan India karena waktu tempuh  penerbangan dari sekitar 3 jam dari ibu kota lama.

Baca Juga: Tanggapi Polemik Tanah Sentul City, Rizal Ramli: Ganti Rugi kok Seharga Bakso

"Banyak yang bikin ibu kota baru, begitu jaraknya jauh gagal. Akhirnya cuma jadi monumen. Kecuali pemindahannya dekat, seperi di Malaysia. India baru berhasil setelah memindahkan kembali ke tempat yang lebih dekat dari ibu kota yang pertama," jelas Rizal.

Karena itu, Rizal mengingat pemerintah tidak memprioritas pemindahan IKN. Karena selain lokasinya yang jauh, juga kondisi APBN yang banyak tergerus untuk utang yang membengkak.

"Untuk bayar pinjaman saja Rp400 triliun, bayar bunga pinjaman Rp370 triliun. Total tahun ini yang harus dikeluarkan Rp773 triliun. Untuk bayar bunganya saja harus minjam, ini gali lobang tutup jurang," kata Rizal.

Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menyebutkan, pemindahan ibu kota dan proyek kereta cepat Jakarta Bandung sudah ditetapkan jauh hari sebelum pandemi Covid-19 berlangsung.

"Sekarang kelanjutannya. Ada perubahan yang berubah dari skenario awal. Bila ada situasi berubah, maka upaya yang dilakukan juga berubah. Apalagi,  perubahan situasinya sangat serius. Siapa yang bisa menguji kedalaman pandemi? Tiga bulan lalu, siapa yang bisa memperkirakan saat ini konfirmasi kasus positif di bawah 1000," kata Misbakhun.

Misbakhun menganggap wajar jika semasa awal pandemi pemerintah menarik utang dari berbagai sumber karena mengalami defisit APBN, yang juga dialami negara lain selama masa pandemi.

Namun, dia berharap utang yang menumpuk itu bisa diimbingi dengan belanja yang berkualitas dan dirasakan langsung oleh rakyat sampai pada hal-hal yang utama seperti peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Menteri Keuangan tahun 1998 Fuad Bawazier mengatakan, pemerintah dinilai telah salah jalan mengeluarkan Perppu 1/2020 dan ditambah lagi dengan adanya UU Pajak baru (HPP). Sebab, hal ini tidak bisa meningkatkan pendapatan negara.

Halaman:

Editor: Milna Miana

Tags

Terkini

X