JAKARTA, HARIANHALUAN.COM - Kementerian Kesehatan meminta dinas kesehatan dan seluruh rumah sakit di daerah mempersiapkan tenaga kesehatan (nakes) menghadapi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.
Tingginya penambahan kasus Covid-19 varian Omicron tersebut, membuka peluang tertularnya nakes di tempat pelayanan kesehatan.
Selain melakukan pencegahan penularan, dinas kesehatan di daerah dan seluruh pimpinan rumah sakit untuk menjamin keberadaan (nakes) di tempat pelayanan kesehatan di daerahnya.
Baca Juga: Kasus Baru Covid-19 Hari Ini Turun Belasan Ribu dari Kemarin
Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron dengan tingkat penularan lebih tinggi dari varian sebelumnya, berdampak pada positive rate yang kian tinggi pada nakes. Banyaknya nakes yang tertular dapat menyebabkan kondisi kontigensi sampai krisis.
Kondisi kontigensi nakes merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan yang masih dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan melalui pengaturan SDM, sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.
''Sedangkan kondisi krisis tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga berdampak pada pelayanan kesehatan,'' kata Siti Nadia dikutip dari laman Kemenkes, Minggu (13/2/2023).
Strategi pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan pada kondisi kontigensi dan krisis tenaga kesehatan dapat dilakukan melalui internal rumah sakit dan eksternal rumah sakit.
Strategi internal rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal shift, mobilisasi tenaga kesehatan dari unit lain untuk membantu pelayanan di layanan COVID-19. Dilakukan juga penyediaan transportasi antar jemput dan akomodasi untuk staf, mengurangi atau menunda layanan non emergensi, meningkatkan layanan telemedisin.
Perlu juga pelibatan dokter/tenaga kesehatan yang sedang menjalankan isolasi mandiri tanpa gejala dalam pelayanan melalui telemedisin (memberikan telekonsultasi pada staf atau pasien), penugasan khusus pada dokter yang bertugas di manajemen untuk membantu pelayanan (sebagai konsultan).
Mobilisasi dokter di luar Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) COVID-19 untuk membantu tatalaksana pasien di bawah supervisi DPJP, serta meningkatkan kompetensi petugas dalam perawatan isolasi terutama isolasi intensif.
Strategi eksternal rumah sakit, dilakukan dengan mobilisasi relawan (koas, PPDS), koordinasi dengan organisasi profesi dalam penyediaan tenaga cadangan untuk membantu, memobilisasi tenaga kesehatan RS dari wilayah kasus Covid-19 rendah ke tinggi.
Memobilisasi mahasiswa akhir di institusi pendidikan kesehatan, terutama membantu dalam administrasi, memobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas di non faskes/administrasi kesehatan untuk membantu merawat pasien COVID-19 (di payungi regulasi ijin praktek).
Tenaga kesehatan yang terkonfirmasi Covid-19 baik asimptomatik atau gejala ringan dengan perbaikan gejala serta hilang demam lebih dari 24 jam tanpa obat, dapat kembali bekerja minimal 5 hari setelah gejala pertama muncul (Hari ke-0) ditambah 2x pemeriksaan NAAT dengan hasil negatif selang waktu 24 jam.
Artikel Terkait
AC Milan vs Sampdoria: Rossoneri Bungkam Blucerchiati 1-0
Densus 88 Tangkap Satu Terduga Teroris di Mako Polsek Kampar
Burnley vs Liverpool: Fabinho Bawa The Reds Menang 0-1
Tottenham Hotspur vs Wolverhampton: Wolves Kalahkan The Lilywhites 0-2
Laga Kambing Scoopy dan Vega R, Dua Pengendara Tewas
Penangkapan Terduga Teroris, Kadiv Humas Polri: EP Berencana Serang Markas Polisi Kampar