HARIANHALUAN.COM- Kaum milenial dan generasi Z (Gen Z) digadang-gadang akan memberikan pengaruh besar terhadap pemilu 2024 mendatang.
Sebab, hampir 60 persen pemilih di Indonesia di dominasi oleh kaum milineal dan gen z, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh CSIS periode 8-13 Agustus 2022 dengan rentang usia 17-39 tahun.
Dengan jumlah yang begitu banyak, tentu suara kaum milineal dan gen z menjadi rebutan para peserta pemilu 2024 mendatang. Namun, apa yang bisa dilakukan oleh kaula muda ini selain dari menyumbangkan suara?
Baca Juga: Jawaban Tegas Mahfud MD Mengenai Penundaan Pemilu 2024 Untuk Menjegal Capres yang Tidak Disepakati
Generasi milenal terutama genarasi z merupakan generasi yang tumbuh kembang dalam alam demokrasi yang memiliki kebebasan dibandingkan era otoriterian.
Dengan kebebasan tersebut membuat mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Dimana mereka lebih memiliki keterbukaan dalam pemikiran, lebih inovatif, lebih bebas dan memiliki sesuatu yang relatif lebih baru.
“Saya kira generasi ini bisa membawa perubahan baru didalam perilaku politik kita, di dalam konstelasi politik kita,” ucap Saidiman Ahmad, Direktur Eksekutif SRMC, dikutip harianhaluan.com dari kanal Youtube MetroTv.
Dengan karakteristik yang mereka punya, kaum milenial dan gen z berpotensi untuk memilih partai politik yang bisa memberikan harapan, lebih inovatif, cerdas dan dekat dengan kehidupan mereka.
Sedangkan dalam konstelasi pemilihan sosok, menurut Saidiman Ahmad, generasi milenial dan gen z bisa memilih tokoh-tokoh yang relatif baru dan lebih menjanjikan bagi mereka.
Baca Juga: Kisah Aladin Banuali, Perampok Baik Hati dari Sumatera Barat yang Dijuluki Robin Hood Indonesia
Baca Juga: Minim Perencanaan, Gembar-gembor Desa Wisata Hanya untuk Kejar Penghargaan ADWI?
Saidiman mengatakan, sebetulnya hasil dari pengaruh milineal dan gen z ini sudah mulai terlihat pada saat ini, dimana banyak tokoh-tokoh baru muncul yang jauh dari elit-elit politik sebelumnya.
Kaum milenial dan gen z hidup di tengah keterbukaan informasi yang lebih mudah diakses dan tumbuh dalam kebebasan. Mereka memilih berdasarkan rasionaltas dan tidak sekedar mengikuti patron lama.
Namun disisi lain, keterbukaan dan kebebasan serta rasionalitas mereka jugala pada akhirnya membuat mereka untuk tidak memilih, apabila ketika mereka merasa pilihan yang ada sama saja.
Hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggara pemilu seperti KPU dan peserta pemilu, baik dari partai maupun calon-calon peserta pemilu. Selain itu, stackholder yang terkait seperti pemerintah dan LSM juga harus mengatasi tantangan ini.
Artikel Terkait
Pintu Baru Renegosiasi Politik Antara Prabowo dan Anies Baswedan Menuju Pemilu 2024
Perbedaan Pola Pikir Generasi X dan Milenial, Anak 90-an Ternyata Gampang Nyerah
Budiman Sudjatmiko Akui Pernah Naksir Sama Megawati
Desain Futuristik Chery OMODA 5 Cocok Buat Gen-Z, Ini Spesifikasi dan Harganya
Profil dan Kekayaan Anis Matta yang Diusung Menjadi Capres Partai Gelora di Pemilu 2024