HARIANHALUAN.COM - Pada Kongres Rakyat Nasional (NPC) parlemen Tiongkok menetapkan target sederhana untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 5% pada hari Minggu 5 Februari 2023, memulai sesi parlemen tahunannya, yang siap untuk menerapkan perombakan pemerintah terbesar dalam satu dekade.
Pasalnya pertumbuhan GDP Tiongkok di tahun 2022 tumbuh 3 persen dari tahun sebelumnya menurut data dari situ stats.gov.cn.
Hal tersebut merupakan salah satu penampilan terburuk Negeri Tirai Bambu dalam beberapa dekade, diperas oleh pembatasan COVID-19 selama tiga tahun, krisis di sektor propertinya yang luas, tindakan keras terhadap perusahaan swasta dan melemahnya permintaan ekspor untuk Tiongkok.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Kim Jong Un Selalu Bawa Toilet Pribadi saat Bepergian
Menyikapi hal tersebut Perdana Menteri mengungkapkan solusi untuk mendongkrak perekonomian Tiongkok di tahun 2023.
Dilansir harianhaluan.com dari reuters.com, Perdana Menteri Li Keqiang menekankan perlunya stabilitas ekonomi dan memperluas konsumsi, menetapkan tujuan untuk menciptakan sekitar 12 juta pekerjaan perkotaan tahun ini, naik dari target tahun lalu setidaknya 11 juta.
Li menetapkan target defisit anggaran sebesar 3,0% dari PDB, melebar dari target sekitar 2,8% tahun lalu.
Baca Juga: Nasib Tragis 2 ABG Korut, Dieksekusi Anak Buah Kim Jong Un Gegara Nonton Drakor
"Kita harus memprioritaskan pemulihan dan perluasan konsumsi," kata Li, yang berbicara kurang dari satu jam dalam pidato pembukaan parlemen, yang akan berlangsung hingga 13 Maret.
"Pendapatan penduduk perkotaan dan pedesaan harus ditingkatkan melalui berbagai saluran. Kita harus menstabilkan pengeluaran untuk barang-barang mahal dan mendorong pemulihan konsumsi layanan konsumen," katanya.
Target pertumbuhan tahun ini sekitar 5% berada di ujung bawah ekspektasi, karena sumber kebijakan baru-baru ini mengatakan kepada Reuters kisaran setinggi 6% dapat ditetapkan. Ini juga di bawah target tahun lalu sekitar 5,5%.
“Sementara target pertumbuhan resmi telah diturunkan untuk tahun kedua berturut-turut, yang mungkin akan mengecewakan pasar, kami menganggap investor (seharusnya) memperhatikan momentum pertumbuhan yang mendasarinya untuk mengukur kecepatan pemulihan," kata Zhou Hao, ekonom di Guotai Junan Internasional.***
Artikel Terkait
PSSI Bakal Gelar Mini Turnamen untuk Isi Kekosongan Jadwal Liga 2
Kisah Jeni Haynes Miliki 2500 Kepribadian, Lalu Apa Penyebab DID? Simak Penjelasan
Sunan Kalijaga Murka Anaknya Dikeroyok: Mau Kenal Mentri Kek, Saya Nggak Gentar!
Kerap 'Dipamerkan' ke Publik, Apakah Putri Kim Jong Un akan Gantikan Kekuasaan Ayahnya?
Wuih! Mantan Kylian Mbappe, Rose Bertram Party di Paris Bareng Leonardo Di Caprio