HARIANHALUAN.COM - Gender dan seks tidaklah sama dan kerap kali menjadi masalah ini menjadi tidak jelas bahkan salah paham terkait keduanya. Padahal ini berbeda, di mana seks lebih ke biologis seseorang yang berkaitan dengan kelamin.
Sedangkan gender merupakan sikap, perasaan dan perilaku yang disematkan pada jenis kelamin tertentu. Di masyarakat secara umum, gender ada dua yakni laki-laki dan perempuan.
Tetapi ada hal unik di berbagai negara atau daerah di Indonesia tentang pemahaman gender. Salah satunya adalah pengakuan lima gender pada Suku Bugis, Sulawesi Selatan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sharyn Graham Davies menjelaskan bahwa lima jari tangan dari jempol hingga kelingking memiliki simbol analogi Gender di Sulawesi Selatan. Jari jempol merupakan simbol dari bura’ne (laki-laki), kelingking adalah makunrai (perempuan), telunjuk adalah calabai (waria), jari manis adalah calalai (tomboi), dan jari tengah untuk bissu.
Baca Juga: Wuling Air Ev Raih Gelar Rookie of the Year di Ajang Otomotif Award 2023
Namun pertanyaan muncul tentang apa yang dimaksud dengan calabai, calalai dan bissu. Bagi masyarakat Bugis, calabai adalah orang yang dilahirkan dengan anatomi tubuh laki-laki tetapi dalam kehidupan sehari-harinya berperilaku sebagai perempuan, meskipun demikian, mereka tidak menganggap dirinya sebagai perempuan, juga tidak dianggap sebagai perempuan.
Sebaliknya, calalai adalah seseorang dengan tubuh biologis perempuan namun mengambil peran dan dan fungsi laki-laki. Gender yang kelima adalah bissu dianggap sebagai figur spritual vital yaang menghubungkan manusia dengan dewa.
Baca Juga: Gerak Maju Pasukan Rusia Tertahan di Ukraina Timur, Begini Laporannya
Karena itulah, bissu merupakan kombinasi dari dua Gender. Kepercayaan terhadap keberagaman Gender, menjadikan Suku Bugis sebagai salah satu suku yang unik di dunia.
Adanya perbedaan Gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan Gender (Gender inequalites). Mansour Fakih dalam bukunya yang berjudul Analisis Gender dan Transformasi Sosial menjelaskan bahwa perbedaan Gender melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan.
Masalah ketidakadian Gender sering menjadi topik pembahasan yang hangat diperbincangkan di ruang-ruang diskusi. Salah satu hal yang mendukung langgengnya ketidakadilan Gender ini yaitu adanya sistem yang disebut budaya patriarki.
Menurut Alfian Rokhmansyah di bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, patriarki berasal dari kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral dan segala-galanya.
Sistem ini menyebabkan terjadinya kesenjangan dan ketidakadilan Gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kegiatan manusia. Dilihat dari pendekatan masalahnya, dampak dari budaya patriarki di Indonesia masuk dalam system blame approach, yaitu permasalahan yang diakibatkan oleh sistem yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan atau harapan. *****
Artikel Terkait
Profil PM Malaysia Muhyiddin Yassin, Ayah Keturunan Bugis Ibu Jawa
Muhyiddin Yassin, Keturunan Jawa-Bugis, Penakluk Mahathir Muhamad
Mentan SYL Ajak Saudagar Bugis Bangun Sektor Pertanian
Bugis Waterpark, Wisata Kolam Renang Hits di Makassar Cocok untuk Liburan Keluarga