HARIANHALUAN.COM - Jam Gadang menjadi pusat penanda kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Karena dijadikan sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, maka sudah menjadi hal wajib untuk mengunjungi Jam Gadang ini.
Baca Juga: KPK Tetapkan Bupati Kapuas dan Anggota DPR dari Fraksi NasDem jadi Tersangka
Namun, siapa sangka dibalik kemegahannya, atap Jam Gadang ini pernah mengalami perubahan dari masa ke masa.
Tepatnya memiliki gaya tersendiri dari jaman Belanda, Jepang hingga akhirnya khas Minangkabau.
Dilansir dari berbagai sumber, pembangunan Jam Gadang selesai pada tahun 1926 atas perintah Ratu Belanda Wilhelmina.
Baca Juga: 4 Warung Mie Ayam Terenak di Kota Padang, Setiap Hari Ludes Terjual, Cuma Rp10 Ribuan Aja
Merupakan hadiah dari Ratu Belanda untuk sekretaris Fort de Kock yaitu Rook Maker saat itu, Bukittinggi menjadi wilayah kolonial Hindia Belanda.
Kala itu, atap Jam Gadang dibuat berbentuk kubah kerucut dengan dihiasi patung ayam jantan yang menghadap ke timur pada bagian puncaknya.
Desain atap tersebut merupakan gaya khas yang umum pada bangunan-bangunan Belanda.
Baca Juga: Chery Serahkan 100 Unit OMODA 5 Pada Awal April Ini
Baca Juga: Peruri Gelar Mudik Gratis via Bus: Kuota 700 orang, Buruan Daftar!
Artikel Terkait
11 Wisata Terpopuler di Sumatera Barat yang Instagramable, Jam Gadang Hingga Air Terjun Lubuk Hitam
Sukses Digelar, Lomba Lato-lato di Jam Gadang Bukittinggi Diikuti 407 Orang Peserta
Lengkap! Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa, 29 Maret 2023 untuk Kota-kota di Sumatera Barat
7 Pilihan Hotel Instagramable yang Ada di Padang Sumatera Barat
5 Jenis Kopi Khas Sumatera yang Cocok Dijadikan Oleh-oleh Saat Mudik Lebaran
5 Kota Terkaya di Sumatera Barat, Padang Ada Diurutan Pertama