Slamet Sudario, Pengemudi KA 225 pada Tragedi Bintaro 1987 Minta Keadilan

HARIANHALUAN.COM - Masih ingat dengan tragedi Bintaro? Tragedi kecelakaan antara 2 kereta api yang menewaskan 156 orang antara KA 220 Patas Merak dan KA 225 di Pondok Betung, Bintaro.

Slamet Sudario atau mbah Slamet pada 19 Oktober 1987 lalu merupakan masinis kereta api KA 225 jurusan Merak-Jakarta Kota.

Dikutip Harianhaluan.com dari akun twitter @BagasPratyaksaN, Ketika ditemui di kediamannya, Slamet Sudario mengungkapkan keinginannya sebelum meninggal dunia.

Baca Juga: Mobil BMW Nyebur ke Kali Bintaro akibat Hilang Kendali saat Nge-Drift

Yaitu ia menginginkan uang pensiunnya diberikan dan dipulihkan nama baiknya.

Dalam peristiwa Tragedi Bintaro, Slamet Sudario disalahkan pemerintah atas dugaan menjalankan KA 225 tanpa izin.

Tetapi Slamet Sudario telah mengantongi izin PPT atau surat jalan yang dikeluarkan oleh petugas stasiun atau PPKA untuk mengemudikan kereta KA 225.

Baca Juga: RM Sederhana vs SB Bintaro, Kisah Rumah Makan Padang yang Pernah Berseteru Gegara Ini

Dalam perjalanan ternyata jalur yang seharusnya hanya dilewati KA 225 yang dikemudikan oleh Slamet Sudario juga ternyata dilewati pula oleh KA 220.

Maka tabrakan pun tak dapat dihindarkan sehingga terjadilah tragedi kelam Bintaro yang menewaskan 156 orang.

Dalam tragedi tersebut, Mbah Slamet mengalami luka-luka di bagian wajahnya karena pecahan kaca dan tubuhnya terhimpit oleh badan lokomotif.

Di tengah-tengah proses penyembuhan, Mbah Slamet berujar bahwa ia kerap mendapatkan ancaman pembunuhan dari orang-orang yang kemungkinan keluarga korban serta orang yang tidak dikenal.

Begitu di persidangan, Slamet Sudario pun hanya didampingi oleh pengacara yang ditunjuk oleh PJKA dan tidak diperkenankan untuk memilih pengacaranya sendiri.

Hasil persidangan tetap memutus Slamet Sudario bersalah, yang mengakibatkan Mbah Slamet harus mendekam di balik penjara selama 5 tahun.