HARIANHALUAN.COM - Setiap tanggal 2 April, dunia memperingati hari peduli autisme internasional.
Peringatan internasional tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap penyandang autisme di seluruh dunia.
Hari Peduli Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day sudah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Melalui Resolusi 62/139 dan diadopsi pada 18 Desember 2007.
Baca Juga: Spesifikasi dan Harga BMW Z4 sDrive30i M Sport dan M40i, Sultan Wajib Beli Sih!
Tujuan Hari Peduli Autisme Sedunia untuk mendorong negara-negara anggota PBB mengambil tindakan dalam meningkatkan kesadaran tentang orang dengan gangguan spektrum autisme.
Peringatan tersebut juga bertujuan untuk mendorong negara-negara anggota PBB mendukung penelitian menemukan cara baru untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Dikutip Harianhaluan.com dari situs resmi United Nations atau PBB, Pada tahun 2023 kali ini akan bertema "Transformation: Toward a Neuro-Inclusive World for All" yang artinya "Transformasi: Menuju Dunia Neuro-Inclusive untuk Semua".
Peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia 2023 ini diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi Global dan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB.
Mereka bekerja sama dengan Institute of Neurodiversity (ION), sebuah organisasi yang didirikan dan dijalankan oleh orang-orang neurodivergen untuk orang-orang dan sekutu neurodivergen.
Baca Juga: Pesan Jokowi untuk Timnas U-20 dan U-22: Tak Perlu Kecewa dan Sedih, Masih Banyak Kesempatan
Tema ini sendiri mengacu pada bagaimana transformasi seputar keragaman saraf dapat terus ditingkatkan untuk mengatasi hambatan dan meningkatkan kehidupan orang autis.
Dikutip Harianhaluan.com dari National Day, Autisme sendiri bernama resmi Autism Spectrum Disorder.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan perilaku dan komunikasi yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk menavigasi interaksi sosial dan juga menyebabkan perilaku berulang dan terbatas.
Kata "Autisme" pertama kali digunakan oleh psikiater Eugen Bleuler pada tahun 1911 untuk menggambarkan sekelompok gejala tertentu yang dianggap sebagai gejala skizofrenia.
Namun anggapan itu berubah pada tahun 1943, dimana psikiater anak Dr. Leo Kanner dalam artikelnya "Gangguan Autistik Kontak Afektif", mencirikan autisme sebagai gangguan sosial dan emosional dalam artikelnya "Gangguan Autistik Kontak Afektif".
Artikel Terkait
Mengenal Lebih Jauh Autisme: Pengertian, Faktor, dan Ciri-Cirinya
Terapis Rumah Sakit di Depok yang Sakiti Anak Autisme Tak Ditahan, Ini Penjelasan Polisi
Kecam Terapis Rumah Sakit Swasta di Depok Sakiti Bocah Autisme, Komnas PA: Tak Manusiawi
Ternyata Penyandang Autisme Punya Kecerdasan di Atas Rata Rata, Ini Dia 3 Jenisnya