HARIANHALUAN.COM – Negara Jerman nampaknya masih harus berususan dengan kasus islamofobia warganya. Terbaru, kantor anti-diskriminasi DITIB merilis laporan setebal 32 halaman yang menganalisis kasus tersebut.
Laporan tersebut membahas bukti islamofobia menjamur di Jerman, yakni dalam kasus kejahatan kebencian, ancaman, dan serangan yang menargetkan masjid dan organisasi Islam pada tahun 2022.
Selama setahun, setidaknya ada 35 kasus penembakan masjid di Jerman, membuktikan islamofobia meningkat yang dimotori ekstremisme sayap kanan.
Baca Juga: Red Bull Disebut Akan Jual Alpha Tauri, Berikut Respon Lengkap Helmut Marko dan Franz Tost
Seperti yang diberitakan Azernews, Kamis, 25 Mei 2023, kantor anti-diskriminasi DITIB menerangkan jika islamofobia di Jerman terkait erat dengan perkembangan sosial dan politik, serta debat publik tentang imigran, Muslim, dan Islam.
“Polarisasi dan debat yang tidak objektif, peningkatan stigmatisasi (terutama demonisasi Muslim), mengarah pada peningkatan serangan yang menargetkan masjid,” tulis para ahli dalam laporan yang dikeluarkan DITIB.
Baca Juga: Membuktikan Tekanan pada Udara, Kunci Jawaban IPA Kelas 8 Semester 2 Halaman 20 21 Kurikulum 2013
Serangan terhadap 35 masjid yang disebutkan, tujuh di antaranya karena sentiment anti-Turki. Ekstremis sayap kiri dan kelompok terror PKK berada di belakang serangan tersebut.
Islamofobia di Jerman bisa dikatakan sebagai fenomena yang unik sebab dengan populasi lebih dari 84 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.***