HARIANHALUAN.COM - Menteri Kesehatan mengatakan bahwa Lebanon harus ditutup (lockdown) selama dua minggu. Ini dilakukan setelah infeksi virus corona terus naik di tengah upaya pemulihan akibat ledakan Beirut.
Kementerian kesehatan mencatat ada456 infeksi baru pada hari Senin (17/8/2020), dengan dua kematian. Ini merupakan rekor tertinggi sejauh ini.
Baca Juga : Mengupas Pasukan Pembungkam Aktivis di Saudi, Pembunuh Jamal Khashoggi
"Kami hari ini menyatakan keadaan siaga umum dan kami membutuhkan keputusan berani untuk menutup (negara) selama dua minggu," kata Hamad Hassan kepada radio Voice of Lebanon dikutip dari Reuters, Selasa (18/8/2020).
"Kami semua menghadapi tantangan nyata dan jumlah yang tercatat dalam periode terakhir sangat mengejutkan. Masalah ini membutuhkan tindakan tegas. Tempat tidur perawatan intensif di rumah sakit negeri dan swasta sekarang penuh."
Baca Juga : 10 Juta Orang Menjomblo di Rusia, Pemerintah Wajibkan Pria Miliki Dua Istri atau Lebih
Meski begitu, kepada Reuters, Hassan mengatakan pihak berwenang tidak akan menutup bandara negara. Pasalnya kasus kebanyakan dari transmisi lokal bukan impor.
"Bahaya sebenarnya adalah penyebaran di masyarakat (lokal). Setiap orang harus waspada dan mengambil tindakan pencegahan yang paling ketat," papar dia.
Baca Juga : Bill Gates Peringatkan Cuaca di Bumi Bakal Makin Gila
Sebelumnya Lebanon dilanda ledakan hebat di Beirut 4 Agustus lalu. Menurut WHO, ledakan itu membuat seperempat juta orang kehilangan tempat tinggal, juga risiko penyebaran virus meningkat.
Secara kumulatif kasus Covid-19 di Lebanon sebanyak 9.337. Sejak Februari, tercatat ada 105 kematian.
Baca Juga : Satu Orang Tewas Saat Polisi Bubarkan Demonstran di Myanmar
Lebanon adalah negara kecil di Timur Tengah. Pernah dilanda perang saudara, Lebanon kini juga tengah menghadapi krisis keuangan akut.(*)