SOLSEL, HARIANHALUAN.COM - Pengamat Adat Budaya Alam Surambi Sungai Pagu (ASSP) Hasmurdi Hasan menyatakan Marawa (Bendera.red) Minangkabau tidak sama dengan bendera ASSP. Hal itu disampaikan Hasmurdi Hasan dalam tulisannya yang diterima Harianhaluan.com, Rabu (4/11/2020).
Dalam tulisannya, Hasmurdi Hasan menyampaikan bahwa Bendera merupakan panji- panji kebesaran sebagai identitas yang dipakai oleh organisasi kemasyarakatan dan atau suatu negara.
Dia mengatakan, di Minangkabau Luhak Nan Tigo bendera dikenal dengan nama Marawa, ketiga Luhak ini mempunyai warna yang berbeda.
Baca Juga : Dinkes Kabupaten Pesisir Selatan Lakukan Visitasi ke Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr M Zein Painan
Luhak Nan Tuo Tanah Datar warnanya Kuning Muda, Luhak Nan Tangah Agam warnanya Merah, dan Luhak Nan Bungsu 50 Koto warnanya hitam. Ketiga warna ini disatukan menjadi Marawa Minangkabau.
Penempatan warna pada Marawa ada ketentuannya, warna hitam melekat pada tiangnya, warna merah diletakan di tengah, dan warna kuning diletakan paling pinggir, bisa melambai Ketika diterpa angin. Marawa Minangkabau dengan tiga warna ini selalu dikibarkan pada setiap acara budaya yang berlaku di Luhak Nan Tigo sampai ke Rantau Minangkabau kecuali di Alam Surambi Sungai Pagu.
Baca Juga : Sekitar 48 Pencaker di Agam Ikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi
Alam Surambi Sungai Pagu (ASSP) merupakan Alam tersendiri tidak termasuk wilayah Luhak Nan Tigo dan bukan pula merupakan wilayah Rantau Minangkabau.
Sungai Pagu mempunyai Marawa dengan ciri tersendiri yang dinamakan Rumbu-Rumbu dan dilengkapi dengan Payuang (payung) disebut Payuang Rumbu-Rumbu, Payuang sebagai pertanda bahwa Sungai Pagu merupakan wilayah Rajo-Rajo (Raja-Raja) dengan Alam tersendiri. Payuang Rumbu-Rumbu berwarna kuning pinang masak digunakan pada setiap waktu acara adat di ASSP.
Baca Juga : Kebakaran Lahan Gambut di Durian Kapeh Meluas Jadi 9,5 Hektare
Empat Rajo yang ada di ASSP mempunyai warna masing-masing yakni, pertama Daulat Yang Dipertuan Bagindo Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah (Rajo Alam.red), warnanya Kuning Pinang masak, disebut Janjang Tuo Kamanakan. Rumbu-rumbunya dipakai pada acara adat di ASSP, sedangkan payuangnya hanya boleh digunakan oleh Rajo Alam beserta kaum kerabatnya.
Kedua, Tuanku Rajo Batuah (Rajo Ibadat.red) warnanya kuning muda Kelapa Niur Gadiang, disebut Payuang tuo anak bini. Rumbu-rumbunya dipakai pada acara adat yang dilaksanakan dalam pasukuan Panai, sedangkan payuangnya hanya digunakan oleh Rajo Ibadat beserta kaum kerabatnya.
Baca Juga : Walinagari Mengalihkan Bantuan untuk Siswa Korban Banjir Solsel, Kepsek: Kami Tidak Tahu
Ketiga, Tuanku Rajo Bagindo (Rajo Adat.red) warnanya kuniang tuo. Rumbu-rumbu dipakai pada acara adat yang dilaksanakan di Parik Gadang Di Ateh, sedangkan payuangnya hanya digunakan oleh Rajo Adat beserta kaum kerabatnya.
Terakhir, Tuanku Rajo Malenggang (Parik Paga ASSP) warnanya kuniang tuo. Rumbu-rumbu dipakai pada acara yang dilaksanakan dalam pasukuan Tigo Lareh Bakapanjangan, sedangkan payuangnya hanya digunakan oleh Tuanku Rajo Malenggang beserta kaum kerabatnya.
Itulah sekelumit sejarah Marawa atau Payuang Rumbu-rumbu wilayah adat ASSP, namun karena ketidak tahuan, maka sekarang kalau ada acara adat atau acara penyambutan tamu kehormatan di Sungai Pagu Marawa yang digunakan adalah Marawa Luhak Nan Tigo.
Sedangkan Sungai Pagu memiliki Marawa tersendiri sebagai Jati Diri wilayah adat dengan marwah kebanggaan sebagai keturunan Rajo-rajo. (*)