SUNGGUH sangat memiriskan kondisi kita ummat Islam akhir-akhir ini di negeri ini. Hari-hari kita nyaris tak berhenti dari pertengkaran antar sesama kita.
Oleh Bustami Narda
Baca Juga : SKB 3 Menteri Terkait Pemakaian Seragam siswa Perlu Ditinjau Ulang
Ruang media sosial, seperti Facebook, You tube, Twitter, Instagram dan Tiktok, layar televisi, halaman koran, majalah dan tabloid, hampir tak luput menampilkan pertengkaran antar sesama ummat Islam dari hari ke hari.
Mulai dari pertengkaran biasa seperti kesalahpahaman biasa antar sesama satu Ormas Islam, antar Ormas Islam, sampai pada saling melaporkan kepada pihak penegak hukum, selalu tampak berseliweran setiap hari.
Baca Juga : Jangan Ikuti! Iblis Penebar Hoaks Pertama
Bagaikan buih di lautan
Sebenarnya kita ummat Islam patut bergembira hidup di negeri besar ini, karena ummat Islam diperkenankan Allah SWT menjadi kelompok penganut agama yang terbanyak jumlahnya dari populasi jumlah penduduk Indonesia.
Menurut data dari Globalreligiusfuture, tahun 2010 penganut Islam di Indonesia mencapai sekitar 209,12 juta atau 87% dari total jumlah populasi penduduk Indonesia. Sedangkan tahun 2020 ini Islam telah mencapai 229,62 juta atau 87,2%. Bahkan Indonesia adalah negara penganut Islam terbesar di dunia. Sungguh suatu hal yang sangat menggembirakan.
Baca Juga : Surau Inyiak Djambek, Warisan Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam
Akan tetapi seiring dengan rasa gembira ini, hati kita menjadi tersurut, ketika melihat ummat yang banyak ini diwarnai oleh pertengkaran demi pertengkaran antar sesama ummat Islam sendiri.
Seperti ada kesan, antar sesama ummat Islam di negeri ini sekarang sedang berada dalam sebuah fenomena kesuraman baru, yakni merasa senang sekali melihat saudara seiman dengannya sengsara, susah dan melarat. Seperti gembira sekali hatinya kalau dia berhasil memasukkan saudara seiman dengannya ke dalam penjara. Seperti terlihat senang sekali hatinya menyaksikan saudara seiman dengannya di negeri ini hidup sengsara, hina dan menderita. Nauzubillah.
Baca Juga : Prabowo dan Habib Rizieq
Akhir-akhir ini tampak sekali fenomena ini di permukaan. Saling merendahkan, saling meremehkan dan bahkan saling memperolok-olokkan antara muslim yang satu dengan yang lainnya, semakin tampak tak lagi malu menampilkannya di muka umum. Malah terkesan bangga dan menjadi kepuasan tersendiri. Ini tak saja lagi terjadi di kalangan ummat Islam kebanyakan, tetapi sudah pada tataran elite atau tokoh-tokoh Islam.
Terkadang kita tak habis pikir, femonena apakah ini? Biasanya orang tua malu bertengkar di depan anak-anaknya, para tokoh, elite dan pemimpin sangat malu bertengkar di depan ummat, rakyat atau masyarakatnya. Namun sekarang itu yang dipertontonkannya tiap hari.
Apabila kita kembali kepada ajaran Islam, kurang apa lagi dalam Islam? Semuanya sudah lengkap. Bahkan para tokoh Islam yang bertengkar itu saban hari mengemukakan kepada ummat dalam berbagai kesempat dakwahnya. Jangankan untuk persoalan yang sangat memalukan ini, tentang aturan masuk WC saja sudah ada aturannya dalam ajaran Islam.
Bukankah para tokoh kita yang bertengkar itu telah sangat memahami dibandingkan kita, bahwa jika terjadi selang pendapat antar sesama ummat Islam, kembalilah secara bersama-sama kepada Al-Qur'an? Tetapi mengapa kok kelihatannya sekarang mereka lebih memilih saling melaporkan saudaranya seiman dengannya sendiri ke penegak hukum ketimbang memilih kembali kepada Al-Qur'an? Bukankah kita ditingggalkan dua buah pedoman oleh Rasulullah, yakni Al-Qur'an dan Hadist dan bukankah sudah dijanjikan oleh Rasulullah bahwa apabila kita berpegang kepada keduanya akan selamat?
Allah SWT telah berfirman: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat Rahmat.(QS. Al-Hujarat: 10).
Rasulullah pun bersabda: Janganlah kalian saling membenci, mendengki, membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Ingat, haram bagi seorang muslim tak bicara kepada saudaranya lebih dari tiga hari.(HR. Al-Bukhari).
Sungguh kurang apalagi Allah SWT dan Rasulullah menegaskan tentang pentingnya ummat Islam ini bersaudara dan bersatu. Tetapi mengapa kita ummat Islam di Indonesia saat ini bagaikan buih di lautan. Kita banyak tetapi tercerai berai, terpecah belah.
Sekarang wahai ummat Islam yang ada di negeri ini, marilah kita sadari pentingnya kita bersaudara dan pentingnya kita bersatu. Apalah gunanya kita mengatakan diri kita ummat Islam kalau kita ingkari perintah Allah SWT dan perintah Rasulullah yang meminta kita bersaudara dan bersatu.
Wahai Ummat Islam yang ada di lembaga-lembaga dakwah, di majelis-majelis taklim, yang menjadi suluh penerang bagi ummat Islam yang lain, ummat Islam yang ada di lembaga Pemerintahan, baik di DPR atau DPRD, di MPR dan di DPD, yang ada di birokrasi, yang ada di lembaga penegak hukum, yang ada di lembaga eksekutif lainnya, yang ada di partai politik, yang ada di dunia usaha, yang ada di tengah-tebgah masyarakat biasa dan lain sebagainya, marilah kita bersatu sebagai sesama ummat Islam yang diikat oleh rasa persaudaraan seiman. Marilah kita jadikan Masjid dan Mushalla tempat kita berkumpul minimal setiap datang waktu shalat wajib lima waktu untuk melaksanakan shalat berjama'ah dengan penuh rasa persaudaraan.
Tinggalkanlah lagi perbedaan-perbedaan pandangan di luar Islam, dan bersatulah kita di rumah besar Allah SWT yang bernama Islam di negeri besar yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini. Persatuan ummat Islam di Indonesia akan sangat besar dampaknya terhadap persatuan Indonesia.
Marilah kita merasa malu dengan saudara sebangsa dan setanah air dengan kita yang non Muslim. Walaupun mereka tak sebanyak kita, tetapi mereka bersatu, mereka tak bertengkar seperti kita. Walaupun mereka tak punya banyak Ormas seperti Ormas Islam tetapi mereka akur dan rukun.
Seandainya kita selama ini telah terlanjur bersimpang jalan, marilah kini kita sama-sama kembali ke pangkal jalan, selagi belum terlalu jauh melangkah. Semoga...!