Sepanjang tahun 2020, negeri ini sungguh bagaikan berjalan di karang tajam. Perih, ngilu, dan sakit, bak berkilin berkelindan mendera perekonomian bangsa ini.
Oleh Bustami Narda -Wartawan
Begitu wabah Corona atau Covid-19 dinyatakan mewabah di Indonesia pada bulan Maret lalu, ekonomi langsung anjlok, karena kegiatan pasar langsung stagnan tiba-tiba. Pasar banyak yang ditutup. Mulai dari kegiatan pedagang kaki lima sampai kepada mall-mall di kota-kota besar, hotel dan restoran serta pusat-pusat hiburan malam tutup total. Ekonomi benar-benar lumpuh total.
Baca Juga : SKB 3 Menteri Terkait Pemakaian Seragam siswa Perlu Ditinjau Ulang
Sebenarnya beberapa waktu sebelumnya, ekonomi kita telah mulai juga terasa agak melesu. Paling tidak, ini terasa semenjak berakhir Pilpres tahun 2019, terutama semenjak terjadinya demo menyambut pengumuman hasil Pilpres. Di Jakarta dan dibeberapa daerah lainnya di Indonesia saat itu terjadi demo. Pasar Tanah Abang Jakarta yang merupakan pusat perdagangan terbesar di ASEAN sempat tutup beberapa lama, persis disaat-saat mau lebaran. Para pedagang Tanah Abang sungguh pusing tujuh keliling. Begitu datang wabah Corona, himpitan beban ekonomi yang mendera rakyat ini sungguh telah bagaikan beban berat senggulung batu.
Sejak itu, daya beli masyarakat jatuh dan makin jatuh. Pasar seperti tak bergairah sama sekali. Rakyat tidak bisa bekerja karena harus mematuhi protokol kesehatan. Seiring dengan ini Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) nyaris tak terkendali.
Baca Juga : Jangan Ikuti! Iblis Penebar Hoaks Pertama
Ketika pertumbuhan ekonomi sudah terjun bebas mencapai titik yang sama sekali tak pernah diperkirakan selama ini, di bawah angka minus 5, rakyat saat ini tinggal lagi hanya bisa berjuang untuk sekadar bisa menyambung nyawa. Rakyat makin cemas tidak bisa memenuhi kebutuhan makannya, termasuk kontrak rumah bagi yang tinggal di kota-kota.
Kondisi ekonomi kita hingga kini masih belum bisa dikatakan menggembirakan. Walaupun beberapa waktu belakangan ini gelombang keterpurukan ekonomi sudah sedikit tidak bertambah membesar kagi, tetapi masih belum menggembirakan. Daya beli sampai saat ini masih belum menampakkan tanda-tanda membaik.
Baca Juga : Surau Inyiak Djambek, Warisan Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam
Seiring dengan ini, kabar buruk tentang terjadinya OTT KPK di Kementerian KKP(Kementerian Kelautan dan Perikanan) berkaitan dengan dugaan korupsi impor benih Lobster dan OTT KPK di Kementerian Sosial berkaitan dengan dugaan korupsi dana Bantuan Sosial(Bansos), tentu membawa dampak kepada kekhawatiran rakyat terhadap makin tergerusnya kondisi ekonomi ke depan. Apalagi rakyat tahu bahwa utang luar negeri negara kita sekarang sudah hampir mencapai angka Rp 6.000 triliun. Suatu yang sangat mencemaskan.
Kelihatannya saat ini rakyat benar-benar berharap kepada pemerintahan pak Jokowi-Ma'ruf agar menfokuskan segala tenaga dan pikiran kabinetnya kepada upaya pemulihan ekonomi, seiring dengan penanganan kesehatan, khususnya pada Covid-19.
Baca Juga : Prabowo dan Habib Rizieq
Gonjang ganjing perpolitikan nasional yang selama ini seperti tak berujung dan belum juga berkesudahan, kendatipun Pilpres sudah setahun berlalu, rakyat tampaknya memohon agar tensi politik ini bisa diturunkan. Sebab, selagi tensi politik tetap meninggi, rakyat menganggap pemerintah tak akan bisa fokus 100 % menangani masalah ekonomi dan Covid-19 ini. (*)