DARI pengalaman kita selama di tahun 2020 yang nyaris tak berhenti hidup dalam pertengkaran, hidup dalam perseteruan politik dan hukum yang berkepanjangan, sudah selayaknyalah kita mengubah pola hidup begini kepada pola hidup rukun dan damai yang diikat oleh rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air dari mulut sampai ke hati di tahun 2021 nanti.
Oleh Bustami Narda -Wartawan
Baca Juga : SKB 3 Menteri Terkait Pemakaian Seragam siswa Perlu Ditinjau Ulang
Agar hidup rukun dan damai dalam berbangsa dan bernegara bisa terwujud di negeri ini, para unsur pemimpin bangsa, pengelola negara, para elite dan tokoh bangsa, mestilah bisa mencontohkannya kepada seluruh rakyatnya.
Mereka yang kita sebutkan ini harus mau dan mampu memberi contoh teladan bagaimana hidup rukun dan damai itu sesungguhnya.
Baca Juga : Jangan Ikuti! Iblis Penebar Hoaks Pertama
Sebab, selama ini rakyat selalu mendapat suguhan tampilan perselisihan dan perseteruan terus menerus dari para unsur pemimpin bangsa, dari para pengelola negara, dari para elite dan tokoh-tokohnya. Rakyat sebenarnya sudah sangat muak menyaksikan semua ini. Tapi mau bagaimana lagi. Itulah kondisi bangsa mereka. Mau bicara, merekapun takut nanti dibilang melakukan ujaran kebencian, perbuatan tak menyenangkan, penghasutan, dan seabrek delik-delik menakutkan lainnya. Sehingga rakyat memilih lebih banyak diam, walaupun akibat perseteruan orang-orang terpandang yang tak berkesudahan itu, mereka rakyat sendiri yang harus menerima sengsaranya. Contoh, rakyat makin hari makin susah hidupnya karena ekonomi makin hari semakin terpuruk, musibah makin hari kian datang timpa bertimpa.
Karena itu, agar kondisi kita bisa lebih baik ke depan ini, di awal-awal kita akan memasuki tahun 2021 ini, agaknya perlu kita persiapkan diri, sebagai berikut:
Baca Juga : Surau Inyiak Djambek, Warisan Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam
1. Tanamkanlah rasa malu pada diri sendiri dan masing-masing kelompok atau golongan, kalau akan mempertontonkan pertikaian politik dan hukum di depan TV, di depan khalayak ramai atau di hadapan rakyat. Jika ada pertikaian, usahakanlah memperkecil pertikaian besar, menghilangkan pertikaian kecil dengan memperlihatkan jiwa besar masing-masing kepada rakyat. Lebih banyaklah mengalah ketimbang meradang.
2. Upaya rekonsiliasi dan bergabung antara dua Pasangan Calon (Paslon) Pilpres 2019 dulu sesungguhnya sangat positif untuk mewujudkan persatuan bsbfsa kita. Tetapi itu harus dengan prinsip mempersatukan bangsa kembali dari atas sampai ke akar rumput, dan jangan sekali-kali sampai ada terkesan bagi rakyat hanya untuk sekadar bagi-bagi kue kekuasaan, bagi-bagi kursi jabatan.
Baca Juga : Prabowo dan Habib Rizieq
3. Masuknya Parabowo-Sandi ke dalam Kabinet Indonesia Maju, sangat diharapkan rakyat agar bisa menghilangkan sekat-sekat keterbelahan bangsa saat Pilpres yang lalu. Maksudnya, Prabowo-Sandi harus berperan aktif dalam menciptakan kedamaian dan ketenteraman dari tingkat elite sampai ke akar rumput bersama-sama dengan Presiden, Wapres dan anggota kabinet lainnya. Bukan hanya sekadar mengambil peran sesuai dengan Tugas Pokok dan Pungsi(Tupoksi)-nya saja di Kementerian yang didudukinya.
4. Kesatuan bahasa bagi Kabinet Indonesia Maju dalam menyikapi sesuatu yang sedang mengemuka di tengah-tengah masyarakat, sangatlah diperlukan oleh rakyat yang membutuhkan kedamaian dan ketenteraman bangsa ini, seperti kesatuan bahasa dalam menyikapi pemuluhan eknomi, dll.
5. Jiwa kenegarawanan dari seluruh elemen bangsa, mulai dari para unsur pemimpin bangsa, pengelola negara, para tokoh dan elit bangsa lainnya, sangatlah diperlukan. Sebab jiwa negarawan inilah yang akan membuat mereka tidak merasa berhadap-hadapan dengan rakyatnya, tetapi benar-benar merasa mengayomi, melindungi dan menyayangi rakyatnya. Kalau ada rakyat yang bandel, yang kritis, yang suka menantang, harusnya didekati, dirangkul, dinasehati, dan jalan terakhir barulah diperingatkan bahwa jika tidak berubah juga, akan dikenakan sangsi. Asalkan tidak ada yang maunya menang sendiri tanpa mempedulikan kata hati nurani. Jadi, tidak ada istilah rakyat di satu pihak, pemerintahan di pihak lain. Sebab pemerintahan itu datangnya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
6. Selanjutnya, rakyat tanpa kecuali, haruslah mampu dan mau berama-sama dengan unsur pemimpin bangsa, pengelola negara, para tokoh dan elite bangsa lainnya menciptakan kedamaian, ketenangan dan ketenteraman bangsa, sesuai dengan porsi dan kemampuan masing-masing.
7. Dengan ini, diharapkan rakyat dan pemimpinnya bisa merasa saling membutuhkan. Rakyat butuh pemerintahan dan pemerintahan membutuhkan rakyatnya, dengan tanpa membedakan rakyat yang dulu mendukungnya atau tidak mendukungnya. Sebab, selagi ada juga terselip rasa itu, rasa saling menyayangi dan saling membutuhkan tidak akan tercipta secara utuh. Hanya yang akan ada, pengelompokan rakyat yang mendukung dan tidak mendukung, yang lambat atau cepat akan membuat bangsa ini semakin terbelah.
Kalau kita masih tetap juga bertahan dengan kondisi yang kita alami di tahun 2020, saling bertengkar, berselisih yang tak ada ujungnya, yang kita khawatirkan, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, menurunkan azab yang lebih besar ke negeri ini. Kita tentu boleh saja tidak percaya kepada azab Allah SWT, atau mungkin juga sama sekali tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi azab-Nya tidak akan terhalang karena itu. Bahkan hanya akan semakin cepat datangnya. Musibah wabah Covid-19, gempa dan Tsunami Aceh, Palu dan berbagai musibah lainnya, marilah kita cukupkan untuk menjadi pelajarsn bagi kita dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Nah, semoga kepahitan yang kita rasakan selama berada di tahun 2020, dapatlah hendaknya berubah manis di tahun 2021 nanti. Amin...! (* )