“Ini merupakan harga yang masih menguntungkan untuk komoditi pinang. Mudahudahan kenaikan seperti pada tahun 1999 di masa pemerintahan Habibie terulang lagi,” ujar Irul (30) Selasa (13/1), petani pinang di Kampung Tebing Tinggi Kambang, Kecamatan Lengayang.
Baca Juga : Penembakan di New York Tewaskan Bayi, Pria 23 Tahun Ditangkap
Di tahun 1999 menurut Irul, harga tertinggi yang pernah ia peroleh terhadap pinangnya sebesar Rp11 ribu. “Meski sekarang harga pinang belum menyamai harga tahun 1999, tapi setidaknya sudah mendekati harga tersebut. Mudah mudahan harga ini bertahan,” kata Irul lagi.
Sementara Idos (30) yang berprofesi sebagi touke di Kambang mengatakan, ia memang berani mengambil seharga Rp7.000 per kilogram pinang. Harga tersebut merupakan harga terendah untuk kualitas pinang nomor dua dengan kadar air paling banyak 7 persen.
Baca Juga : Netanyahu Terkejut, Tentara Israel Bakar Diri karena Trauma Perang
“Sementara jika kadar air dibawah 5 persen ia akan membeli dari petani seharga Rp8.000. Jadi harga pinang memang bervariasi, tergantung kualitas pinang dimaksud,” kata Idos.
Dari pembelian tersebut, ia bisa hanya mengambil keuntungan beberapa persen setiap kilonya. “Saya menjual pinang di Padang seharga Rp9.000 saja. Keuntungan itu telah bisa menutup biaya operasional saya dan ongkos angkut ke Padang,” kata Idos lagi.
Baca Juga : Terapkan Prokes Ketat, Saudi Wajibkan Vaksinasi Covid-19 untuk Jamaah Dua Masjid Suci
Sementar terkait dengan penyebab kenaikan harga pinang tersebut, Idos menyebutkan, saat ini permintaan komoditi pinang sangat tinggi, sementara produksi pinang dari petani sangat sedikit. Kemudian menurutnya penyebab kedua adalah, tidak terjadi lagi monopoli pembelian komoditi pinang di Padang.
“Jadi yang menguasai pasar pinang di Padang tidak lagi orang India, akan tetapi sudah banyak pemain lokal, dengan demikian harga pinang dengan sendirinya naik,” ungkap Idos menjelaskan soal kenaikan harga.
Baca Juga : Bertemu AS, Netanyahu Sebut Pemerintah Iran Sebagai Rezim Fanatik
Sementara itu, warga di mudik Surantih, Sutera yang selama ini hanya merawat gambir saja kembali serius merawat pinang. Selama ini buah pinang dibiarkan saja jatuh ketanah tanpa dipungut karena harganya murah. (h/har)