Setelah dianggap sukses memotivasi masyarakat untuk aktif menyekolahkan anaknya, kembali Pemkab Pasaman mengucurkan anggaran untuk pendidikan gratis ini. Tahun ini, anggaran sebesar Rp16 miliar APBD 2015, diprioritaskan untuk pendidikan gratis dari tingkat pendidikan usia dini hingga tingkat menengah atas, kejuruan dan madrasah aliyah. Tidak hanya sekolah di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah tetapi juga sekolah-sekolah di bawah naungan Kementerian Agama.
Baca Juga : Putra-Putri Terbaik di Indonesia Siapkan Diri, Penerimaan Polri Segera Dibuka
Bupati Pasaman Benny Utama, mengatakan, tidak ada jalan untuk memutus mata rantai kemiskinan, kecuali dengan pendidikan. “Apapun profesi yang kita tekuni, kalau dengan ilmunya yang didapat pendidikan,” ujar bupati.
Dia menyebutkan, jika masyarakat Pasaman minimal berpendidikan menengah atas, maka mereka bisa menggunakan ilmunya untuk mendukung pekerjaan.
Baca Juga : Delapan Personel Polda Sumbar Diberhentikan, Kapolda: Polisi Itu harus Humanis
“Kalau jadi petani, petani yang berilmu. Kalau jadi pedagang, pedagang berpendidikan dan jika jadi pegawai juga dengan pendidikan,” jelasnya.
“Kami tetap berkomitmen untuk memberikan pendidikan gratis pada masyarakat usia sekolah. Agar mereka nantinya dapat menjadi pelaku-pelaku usaha, pemimpin dan masyarakat yang dapat memajukan Pasaman,” katanya.
Baca Juga : PJU Polda Sumbar Lakukan Vaksinasi Covid-19, Puluhan Ribu Personel Menyusul
Bupati Benny Utama menegaskan, program pendidikan gratis itu bukan untuk bupati, melainkan untuk masyarakat Pasaman. “Kita lihatlah 5 tahun yang akan datang. Minimal pendidikan putra-putri Pasaman tamatan SMA sederajat. Ini sangat membanggakan,” terangnya.
Benny Utama mengajak masyarakatnya, hilangkanlah anggapan lama, sekolah untuk jadi pegawai. Itu tidak ada. Bahkan, jadi petani yang sukses lebih baik kehidupannya dari PNS. Kalau jadi PNS terlalu bernafsu untuk kaya, bisa-bisa penjara ujungnya.
Baca Juga : BPD HIPMI Gelar Musda ke-13 Pertengahan Maret, Gubernur Sumbar Bakal Diundang
Maka dari itu, orangtua harus ambil peran mendorong anak-anak mereka untuk sekolah. Jika masih ada kendala, misal mengenai seragam, tas dan buku, maka masyarakat yang benar-benar miskin bisa mengajukan proposal ke Baznas Pasaman. (h/col).