Setidaknya ada empat nagari yang butuh bibit kakao dan bibit karet tersebut yakni Limaugadang, Pancung Taba, Muaro Aie, Koto Ranah dan Puluik Puluik.
Baca Juga : Mentawai Jadi Daerah Terakhir yang akan Jemput Vaksin Covid-19 Tahap II
Menurut keterangan Azwir, Walinagari Limau Gadang, Selasa (3/3), nagari yang dipimpinnya memiliki potensi perkebunan cukup besar untuk dikembangkan. Terdapat setidaknya sekitar 90 hingga 100 hektar lahan perkebunan yang bisa digarap untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan komoditi karet dan kakao.
“Namun selama ini masyarakat kami terkendala dengan sulitnya biaya pengolahan lahan dan untuk memperoleh bibit unggul. Di Limaugadang dan Pancung Taba, berdasarkan hasil pengkajian potensi nagari dibutuhkan lebih kurang 150 ribu sampai 200 ribu bibit karet dan kakao unggul,” ujarnya.
Baca Juga : Hutama Karya Tegaskan Tidak Ada Penghentian Proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru, Hanya...
Kemudian di Nagari Muaro Aie menurut Joenaidi, walinagari setempat, lahan yang bisa diolah untuk perkebunan juga belum tergarap maksimal oleh masyarakat. Bahkan masih banyak lahan kosong yang tidak tersentuh.
Joenaidi menyebutkan, masyarakat di sini juga kesulitan untuk mendapatkan bibit unggul. Selain itu sejumlah persoalan infrastruktur juga melanda daerah tersebut.
Baca Juga : Tiga Ruas Jalan Provinsi Jadi Prioritas, Ini Rinciannya
“Padahal Muaro Aie memiliki potensi besar untuk dikembangkan, apalagi Kampung Dilan,” ujarnya lagi.
Disebutkannya, kebu-tuhan bibit kakao dan karet sekitar 50 ribu batang. Meski ini masuk dalam urusan pilihan dalam penyusunan RPJM tahun 2015 mendatang, ia berharap dinas terkait perlu memperhatikan usulan ini untuk didanai.
Baca Juga : BMKG: Hujan Lebat akan Mengguyur Sejumlah Wilayah Sumbar hingga Besok
Selanjutnya di Nagari Koto Ranah kebutuhan akan bibit kakao dan karet juga sangat besar. “Nagari kami butuh bibit sebesar 200 ribu batang. Ini sudah sering kita usulkan melalui Musrenbang, bahkan hingga kabupaten, namun belum ada realisasinya, kita berharap tahunb 2015 terealisasi,” ujar Asrizal, Wali Nagari Koto Ranah.
Sementara di Puluik Puluik, kebutuhan bibit sekitar 100 hingga 150 ribu batang. Di Pului Puluik, selain kawasan wisata ternyata juga memiliki potensi perkebunan yang cukup besar.(h/har)