Pengembalian tongkat ini mengejutkan karena keluarga Baud sebelumnya meminta agar acara ini dirahasiakan hingga pembukaan pameran Kamis malam lalu. Michiel Baud mengatakan, keluarganya menerima tongkat itu pada tahun 1834 dari Adipati Notoprojo, keluarga keturunan Sunan Kalijaga. “Kami dihubungi Harm Steven (kurator di Rijks Museum Belanda), katanya itu milikPangeran Diponegoro. Hari ini kami bawa ke sini untuk rakyat Indonesia,” kata Michiel.
Baca Juga : Begini Langkah Kongkrit Partai Gelora Bantu Korban Banjir Kalsel
Pameran “Aku Diponegoro” digelar 5 Februari hingga 8 Maret 2015. Ini pameran besar kedua setelah pameran “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” tahun 2012. Di sini, digelar beragam karya seni rupa, artefak sejarah, serta foto dan video dokumentasi.
Bangkitkan semangat
Baca Juga : Hendri Septa Pimpin PAN, Zulkifli Hasan: Rancak Bana
Dalam sambutannya,Anies Baswedan berterima kasih dan menghargai pengembalian tongkat Diponegoro yang biasa digunakan untuk berziarah itu. Menurut dia, figur Diponegoro digambarkan cukup rinci dalam buku sejarah dibandingkan dengan para tokoh lain. Pangeran ini mengobarkan semangat melawan kolonialisme lewat perang, yang memunculkan narasi pada masanya dan masa berikutnya.
Pameran “Aku Diponegoro” membangkitkan kesadaran terhadap sosok dan peran pahlawan itu. Semangat ini diharapkan menular kepada generasi muda Indonesia. Pengunjung juga bisa menikmati ekspresi seni dari peristiwa sejarah tersebut, termasuk lukisan Raden Saleh (tentang penangkapan Diponegoro).
Baca Juga : Musda X Golkar Sijunjung, Benny Dwifa Yuswir Pimpin DPD II Golkar
“Pada Juni 2013, UNESCO mengakui naskah kuno Babad Diponegoro, yang ditulis Diponegoro sendiri, sebagai warisan ingatan dunia. Dunia mengakui Diponegoro. Kita berharap bisa mengenal lebih jauh. Karya Raden Saleh juga punya peran di Eropa,” kata Anies. (h/trn)