Pada waktu itu, otoritarian kekuasaan orde baru dipandang telah memandulkan alam Minangkabau dalam melahirkan putera-puteri terbaik sebagai pemimpin bangsa dan agama. Padahal di awal perjuangan kemerdekaan, hampir separoh pemimpin bangsa tersebut berasal dari etnis Minangkabau. Namun, di era Orde Baru peran orang Minangkabau berbalik menjadi tidak dominan.
Baca Juga : Vaksinasi Adalah Upaya Serius Pemerintah Mengatasi Pandemi Covid-19
Di kalangan internal umat Islam sendiri terjadi pula kemunduran beragama; Islam dan ilmu mestinya tak terpisahkan pengetahuan sudah melebar, keduanya mestinya tak terpisahkan, namun dikotomi Islam dan ilmu pengetahuan sudah sedemikian melebar bahkan seakan-akan kedua dunia itu tidak bersentuhan sama sekali.
Perlu cara pandang baru agar umat Islam menyadari bahwa Islamlah yang memberikan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Islam, di samping sebagai agama, juga menjadi panduan dan falsafah hidup sekaligus juga sebagai sumber ilmu pengetahuan itu sendiri. Wujud konkritnya bagaimana nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan itu bersatu padu (integrated) melalui sebuah sistem pendidikan baik pada sekolah formal dan pendidikan non-formal.
Baca Juga : Terkait Kasus Natalius Pigai, Komnas HAM Apresiasi Langkah Cepat Polri
Harapan baru itu dicanangkan oleh tokoh dan ilmuan Islam dengan mendeklarasikan abad ke-15 sebagai abad kebangkitan umat Islam. Potensi ummat yang semakin hari semakin menguat dan juga di dukungan oleh teori-teori futurolog. Atas dasar teori-teori itu para orientalis barat menyadari, secara geopolitik kebangkitan kembali Islam akan nyata adanya dengan syarat yang lebih memungkinkan dari Asia Tenggara dan Indonesia menjadi faktor potensial dengan pemeluk Islam mencapai 85% lebih dari total 240 juta-an penduduknya.
Pendiri YPI Raudhatul Jannah mencoba menerjemahkan semangat kebangkitan Islam itu dengan memulai upaya-upaya konkrit dari ruang lingkup yang lebih kecil dan dengan keikhlasan niat serta didorong oleh keyakinan akan datangnya pertolongan Allah SWT, maka pada bulan Feruari 1990, dilahirkanlah YPI Raudhatul Jannah dengan akta pendirian pada Pengadilan Negeri Payakumbuh No. 01/1990.
Baca Juga : Punya Rekam Jejak yang Bagus, Presiden Minta Dewas LPI Dipercaya dari Dalam dan Luar Negeri
Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah didirikan tanggal 10 Februari 1990 dengan Akta Pendirian Nomor O1/1990. Menyesuaikan dengan undang-undang yayasan, maka pada tahun 2015 dibuatlah Akta Notaris YPI-RJ dengan nomor 106 tahun 2005 dan telah terdaftar secara sah dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor : C-2160.HT.01.02.TH.2007 dan Nomor NPWP : 1.520.273.2-202 Beralamat di Jln. H.Rasul No.94 Koto Baru Balai Janggo, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh.
Maksud pendirian Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah adalah untuk menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia dan potensi umat islam untuk mewujudkan bangsa yang adil dan sejahtera – bahagia dunia akhirat” dengan tujuan untuk mengelola lembaga pendidikan secara professional untuk mencapai keunggulan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan kemuliaan akhlak, membangkitkan harga diri lembaga pendidikan islam , dan menghimpun dan mengelola potensi umat islam untuk kesejahteraan ummat dan bangsa.
Baca Juga : Diresmikan Presiden, Jalan Tol Kayu Agung-Palembang Tingkatkan Daya Saing Daerah
Pertumbuhan dan Perkembangan
Merealisasikan di alam nyata konsep dasar pendirian YPI Raudhatul Jannah, khususnya di bidang pendidikan, Seiring dengan pendirian yayasan pada tahun 1990 itu, juga didirikan TK Islam Raudhatul Jannah. Lembaga pendidikan nonformal ini-lah yang menjadi cikal bakal sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan YPI Raudhatul Jannah saat ini. Di tahun pertama berdirinya TK Islam Raudhatul Jannah memiliki 2 rombongan belajar dengan murid sebanyak 34 orang , diasuh oleh 4 orang guru dipimpin oleh Ibu Masharlen. Berkenaan dengan ruang belajar, awalnya dengan memanfaatkan gedung MDA milik Mesjid Baitussalam Kelurahan Koto Baru Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh.
Adalah sebuah semenval van momenten, pemilihan Thamrin Manan, SH selaku ketua pengurus Masjid Baitussalam dengan kelahiran YPI Raudhatul Jannah di satu pihak dengan dibenahinya strategi dakwah pada masjid itu di lain pihak. Melanjutkan cita-cita pendirian YPI Raudhatul Jannah dan dengan melihat antusiasme orangtua murid yang baru menamatkan Taman Kanak-kanak Islam Raudhatul Jannah, pada tahun 1991 didirikanlah SD Islam Raudhatul Jannah dengan jumlah murid perdana sebanyak 20 orang.
Seiring dengan itu, memasuki tahun kedua, ketertarikan masyarakat Kota Payakumbuh terhadap TK Islam Raudhatul Jannah meningkat tajam sehingga jumlah murid melonjak hingga mencapai 110 orang. Dan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Hingga kini, setiap tahunnya, TK Islam Raudhatul Jannah menamatkan 200 orang murid. Sukses yang diraih oleh TK Islam Raudhatul Jannah memberikan energi positif bagi penyelenggaraan satuan pendidikan yang lebih tinggi (SD) sehingga, dalam satu kali siklus (6) tahun SD Islam Raudhatul Jannah mampu meraih juara 1 rata-rata Nilai EBTANAS Murni (NEM) Tingkat Kota Payakumbuh dan selama 4 tahun berturut-tururt posisi tersebut dapat dipertahankan, bahkan 1 tahun dapat meraih peringkat 2 NEM Tingkat Propinsi Sumatera Barat. Hingga akhirnya pemerintah mengubah EBTANAS menjadi Ujian Nasional (UN).
Tidak hanya sukses meraih prestasi pada bidang akademik di dalam (EBTANAS/UN), siswa SD Islam Raudhatul Jannah menorahkan prestasi dengan mewakili Propinsi Sumatera Barat pada berbagai even/lomba tingkat Nasional. Prestasi seperti demikian inilah yang coba dimantapkan terus-menerus agar dapat melahirkan sebuah sistem unggul berkelanjutan.
Integrated learning Model (ILM) yang dikembangkan di YPI Raudhatul Jannah terbukti mengangkat prestasi siswa dan guru sehingga menimbulkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap sekolah Islam. Masyarakat perlahan-lahan membuang stigma negatif (sekolah kelas dua, “kere”, tidak disiplin, tidak bermutu, kalah bersaing, dsb) terhadap lembaga pendidikan Islam. Mereka kembali menyadari bahwa sekolah Islam pernah memiliki zaman keemasan, penyumbang terbesar bagi bangsa dan republik ini (Indonesia); baik di bidang ilmu pengetahuan, sosial politik, budaya, maupun di bidang agama. Kembalinya kesadaran dan kepercayaan kolektif masyarakat menjadi momentum untuk mempersiapkan diri dan mengambil bagian dalam upaya mewujudkan abad Kebangkitan Islam tersebut di dalam era globalisasi yang sangat ketat persaingannya.
Memasuki usia ke-24 tahun (1991-2015), SD Islam Raudhatul Jannah telah memiliki siswa sebanyak 1.112 orang, 76 guru dan pegawai, dan 35 rombongan belajar terbesar di Provinsi Sumatera Barat. Tidak saja besar secara kuantitas, namun besar karena prestasi yang diukir oleh siswa, guru, dan kepala sekolahnya.
Dengan pengalaman menyelenggarakan pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar serta desakan orangtua alumni SD dan mencermati kebutuhan masyarakat, maka pada tahun pelajaran 2002/2003, YPI Raudhatul Jannah mendirikan SLTP Islam Raudhatul Jannah dengan ciri dan nuansa keislaman yang sudah direncanakan secara matang, yang mudah-mudahan mampu melahirkan bibit-bibit intelektual muslim yang berbobot.
Kehadiran SMP Islam Raudhatul Jannah juga mendapat tempat di hati masyarakat Payakumbuh dan 50 Kota. Masyarakat antusias menyekolahkan putra-putri mereka pada sekolah yang baru berdiri ini. Pada tahun pertama terdaftar sebanyak 73 orang siswa. Pada mulanya proses pembelajaran dilaksanakan di gedung milik Yayasan Training College Payakumbuh Jalan Arisun 51 Kelurahan Labuah Baru Kota Payakumbuh.
Di bawah kepemimpinan Drs Dalius, SMP Islam Raudhatul Jannah dapat berjalan dengan baik sehingga berbagai prestasipun ditorehkan baik oleh siswa maupun para guru di bidang akademik maupun dibidang nonakademik. Namun, yang lebih penting dari itu, SMP Islam Raudhatul Jannah mampu menjawab kerisauan orangtua tua siswa dan masyarakat tentang dekadensi moral, erosi iman, kemalasan beribadah, dan semangat dan wawasan keislaman.
Tahun pelajaran 2004/2005, SMP Islam Raudhatul Jannah menempati gedung milik sendiri, berdiri di atas tanah wakaf Bapak HM. Nur Nawi, yang sebelumya dikenal dengan “Kuburan Belanda”. Gedung sekolah dibangun dengan dana yayasan, bantuan pemerintah pusat yang disampaikan oleh Bapak dr. Fasli Djalal, Ph.D yang waktu itu menjabat sebagai Dirjen Pendidikan Luar Sekolah di kemendiknas RI, dan donasi dari masyarakat lokal dan perantau.
Pada tahun 2007, YPI raudhatul Jannah mendirikan SMA islam Boarding School Raudhatul Jannah beralamat di Jl. Prof Hamka Kelurahan Kaning Bukik Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh. Di usinya yang sangat muda, sekolah menengah atas telah mampu membuktikan kualitasnya dengan setumpuk prestasi yang ditorehkan oleh siswa, guru dan kepala sekolah. Alumninya pun sudah tersebar di berbagai perguruan tinggi ternama di nusantara seperti, UGM, ITB, ITS, Undip, Unpad, Unand, UIN, UNP, STAIN, Unsyah, Unsri, Unri, USU, Unimed, dan lainnya. (Bersambung)
ULTRA
(Ketua YPI Raudhatul Jannah)