Di tengah belum pastinya jadwal Pilkada tersebut, satu hal yang patut diapresiasi adalah, besarnya minat dan tingginya semangat para kandidat untuk turun bertarung ke gelanggang pilkada langsung. Sepekan belakangan kita menyaksikan sejumlah kantor Parpol yang telah membuka pendaftaran, telah silih berganti didatangangi para bakal calon Kepala Daerah. Prosesi pendaftaran pun berlangsung semarak dan meriah. Banyak kandidat bakal calon yang datang mendaftar, diantarkan oleh para pendukungnya dengan atribut dan yel-yel yang menyemangati sang kandidat.
Meskipun pendaftaran ke partai ini hanyalah salah satu dari prosesi awal dari banyaknya pentahapan yang bakal dilalui sang kandidat. Namun semarak alek gadang Pilkada sudah mulai terasa. Dan, pada hari-hari mendatang, hampir dapat dipastikan, jagad politik Sumbar akan semakin diramaikan oleh pendaftaran bakal calon Gubernur atau Bupati dan Walikota. Apa lagi semua partai akan membuka pendaftaran.
Yang tidak kalah serunya, tentu dengan tampilnya para kandidat Gubernur atau Bupati dan Walikota yang memilih maju melalui jalur independen. Hal ini telah mereka tabuh dengan munculnya spanduk dan baliho mereka sebagai calon perorangan. Pilihan mereka untuk memaju sebagai calon perorangan, tentu saja sangat pantas pula kita apresiasi. Apa lagi, jalan di jalur independen ini disadari sebagai jalan yang sangat tidak mudah. Justru itulah, tingginya semangat para kandidat tersebut, suatu yang sangat pantas kita apresiasi.Begitu pula terhadap para pendukung kandidat yang selalu menghadirkan susana semarak pada acara pendaftaran bakal calonnya.
Namun, tentu saja tidak cukup hingga di situ. Yang ingin kita tekankan di sini adalah, bahwa pilkada langsung tak hanya sekedar prosesi sebuah alek gadang belaka. Bukan pula sekedar momentum muncul, lalu terpilihnya satu dari sekian kandidat. Lalu, usailah sebuah pesta demokrasi. Jelas, bukan itu. Yang ingin kita ingatkan jauh sebelum dihelat secara serentak, adalah Pilkada Langsung bukan tanpa sejarah, bukan pula tanpa marwah.
Mukin semua kita maklum pilkada langsung adalah rohnya kedaulatan rakyat, bukan power daulat tuanku. Tetapi kita tak boleh lupa bahwa hak rakyat memilih pemimpinnya ini nyaris saja dikebiri dan dimutiasi oleh para wakil rakyat yang terhormat.
Namun itu bukan akhir, melainkan cuma awal dari prosesi yang sesungguhnya. Yang terbentang kini adalah jadwal dan tahapan-tahapan Pilkada langsung yang masih panjang. Inilah medan pertarungan sungguhnya para pegiat demokrasi, para penegak kedaulatan rakyat, dan siapapun yang berharap lahirnya pemimpin bersih yang prorakyat.
Justru itulah dibalik kemeriahan dan semaraknya Pilkada langsung yang pekan ini mulai terasa, kita ingin mengajak siapapun juga untuk bersama-sama mewujudkan Pilkada bersih. Bersih sejak proses awal, dan tetap bersih hingga akhirnya.
Ingat, Pilkada secara langsung, bukan tanpa cacat. Tengok saja sosok Kepala Daerah produk pilkada langsung. Batapa banyak diantara mereka yang kini menjadi penghuni kandang situmbin karena korupsi! Jika wacana Pilkada oleh DPRD, sangat ditolak karena akan dipenuhi oleh praktik money politik, nyatanya dalam pilkada langsung selama ini politik uang dan permain kotor juga banyak di temukan. Dan, jika rencana Pilkada oleh DPR merupakan kanibalisasi hak politik rakyat, Lalu, apa benar pemilu dan pilkada langsung sudah diikuti semua wajib pilih?
Terlebih lagi di Sumatra Barat yang konon katanya barometer demokrasi ini, tapi kenyataannya masih jauh panggang dari api. Seperti diakui Ketua KPU Husni Kamil Manik pada haluan, pada Pemilu lalu tingkat partisipasi politik di Sumbar malah jauh berada di bawah angka setara Nasional. Ini memalukan! Semoga tidak berulang di Pilkada langsung. ***