Tak kurang, dua walikota, yakni Mahyeldi Ansharullah (Padang) dan Riza Falepi (Payakumbuh) menangkap sinyalemen tersebut. Keduanya mendapat sinyalemen bahwa hadiah valentine disisipi kondom. Karenanya, kedua walikota itu tegas-tegas melarang perayaan valentine di kota yang mereka pimpin.
Guna mendukung keputusan walikota-nya, Satpol PP Padang menggelar razia di sejumlah tempat hiburan sejak Jumat (13/2) tengah malam hingga Sabtu (14/2) dinihari. Satpol PP Kota Padang sendiri melakukan razia terhadap pasangan yang merayakan valentine dengan tidak wajar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kepala Bidang Ketertiban Umum Ketentraman Masyarakat Satpol PP Kota Padang Fajar Sukma Jumat (14/2). “Kita saat ini sedang melakukan razia saat ini (malam ini),”ujar Fajar Sukma kemarin malam yang sedang melakukan razia di kawasan Nipah Pondok.
Lalu, hasil penelusuran Haluan di beberapa toko obat di Tarandam terungkap penjualan kondom di kawasan tersebut memang mengalami peningkatan. Saat Haluan coba membelinya, sang penjual yang minta namanya tak disebutkan, mengaku penjualannya meningkat, tapi tak signifikan.
Seorang mahasiswi PTN di Padang, sebut saja namanya Ria, memang mendapat informasi hadiah cokelat berhadiah kondom. “Itu didapat dari pembelian online. Jadi kita pesan cokelat valentine, maka kondomnya akan disisipi dalam bungkusannya,”kata Ria lagi.
Saat ditanya kemana saja mereka menghabiskan waktu merayakan iven tahunan ini, Ria mengaku dari cerita teman-temannya, pasangan muda mudi itu menghabiskan waktu di tempat wisata, seperti Pantai Padang, Bukit Lampu hingga lokasi teranyar, Bukit Nobita di Lubuk Begalung.
Sinyalemen lain yang tak kalah memprihatinkan adalah, adanya sebagian pasangan remaja, khususnya remaja putri yang menjadikan ajang ini sebagai ajang lepas perawan. “Iya, saya sempat mendengarnya,”sebut Ria yang wanti-wanti minta namanya tak disebutkan.
Soal himbauan, tokoh masyarakat di Sumbar kerap bersuara. Sebut saja Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau kepada muda mudi agar tidak ikut-ikutan merayakan valentine’s day. “Jangan pernah meniru apalagi mengikuti perayaan seperti ini. ini bukan kultur kita karena secara agama, budaya dan negara tidak sesuai,” ujar Ketua MUI Sumbar Syamsul Bahri Khatib dihubungi Haluan Jumat 913/2) kemarin.
Syamsul Bahri Chatib juga berkata, semua pihak harus memahami, ada tiga budaya di tengah masyarakat, yakni budaya agama, budaya daerah dan budaya nasional. Hari valentine tidak termasuk salah satu di antara tiga budaya itu dan tidak mendatangkan keuntungan bagi masyarakat Sumbar.
Ketua LKAAM Sumbar Datuk Sayuti juga berpendapat serupa. Selain tidak sesuai dengan agama mayoritas di provinsi ini, katanya, perayaan hari kasih sayang tersebut juga tidak cocok dengan budaya Minangkabau. Ketua LKAAM Sumbar, Sayuti mengatakan, dunia sudah kecil dengan pesatnya perkembangan teknologi. Dalam dunia yang kecil itu, terdapat rumpun-rumpun budaya dalam era neoliberal seperti sekarang ini, yang bergerak secara genetik dan saling mempengaruhi.
Sayuti berpandangan, muda-mudi yang merayakan hari valentine tidak mendapatkan ruang untuk bersenang-senang merayakan budaya daerah mereka.
“Siapa pun pemimpin di Sumbar, harus bisa memberikan ruang-ruang bagi pemuda-pemudi untuk merayakan kebudayaan Minangkabau. Pemerintah provinsi harusnya bisa menganggarkan dana APBD untuk mengadakan lomba-lomba bertema kebudayaan Minangkabau, yang pesertanya merupakan muda-mudi. Dengan begitu, akan berkurang muda-mudi yang merayakan hari valentine karena mengikuti valentine, sebab sebagai peserta, mereka juga mengajak teman-teman mereka untuk berpartisipasi,” ujarnya. (h/dib/mat/mg-isr/mg-fds/mg-san)