“Banjir tekah menyisakan kotoran dan lumpur yang perlu dibersikan,” kata Koordinator Tim Disaster Risk Management PKPU, Amir Mutar di Jakarta, Minggu.
Dia menyebutkan sejumlah fasilitas umum yang dibersihkan diantaranya gedung Posyandu Delima 1434 di Kelurahan Pedurenan kecamatan, Karang Tengah, Kota Tangerang.
Selain itu, SD Muhamadiyah 10, yang terletak di Grogol, Jakarta Barat. “Tim terus bergerak melakukan pembersihan,” katanya.
Koordinator Pos Besar PKPU Jakarta Barat menambahkan, dalam kondisi banjir yang paling diperlukan adalah mobil Rescue dan perahu evakuasi.
Hingga saat ini, Tim Rescue PKPU sudah melakukan evakuasi di beberapa titik, diantaranya Grogol, Muara Baru, Kelapa Gading, hingga Ciledug.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengingatkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk tidak arogan dalam menangani banjir di ibu kota negara dan melibatkan pihak lain sehingga tidak menyelesaikan persoalan sendiri. “Lebih bagus mengajak semua unsur bersama-sama, tidak menyelesaikan sendiri-sendiri. Terkesan terlalu percaya diri bisa menyelesaikan sendiri, akhirnya jadi arogan dan jadi sombong,” kata Fadli .
Fadli mengatakan, kinerja Ahok dalam menangani banjir di Jakart sudah bagus dilihat dari niat serta rencana-rencanannya. Tetapi yang perlu dikurangi oleh Ahok adalah sikap seolah-olah bisa mengurangi masalah. “Saya kira tidak bijak menyalahi pluit karena terjadi pemadaman listrik, ini menyederhanakan persoalan yang nantinya akan membuat kaget sendiri,” katanya. Terkait pernyataan Ahok bahwa ada sabotase dalam penanganan banjir, menurut Fadli harus lebih bijaksana lagi, karena tidak ada pihak yang mau menyabotase persoalan banjir kalau berdampak pada masyarakat luas. “Siapa yang mau menyabotase? ini menjadi ledekan. Saya kira memang curah hujannya tinggi, penyebabnya kurangnya resapan air di Jakarta,” katanya.
Fadli menambahkan, penataan kawasan Jakarta menjadi penting terutama fungsi resapannya. Sedangkan penataan kawasan seputar Puncak dan lainnya, bukan prioritas utama untuk dilakukan.”Karena Jakarta sudah tidak bisa menyerap air lagi, sudah banyak mall dan perumahan. Memang sudah sangat padat, sampai kapanpun, kalau di daerah lain dibereskan Bogor, Tanggerang, kalau Jakarta belum berbenah drainasenya pesoalan banjir tidak akan selesai,” katanya.
Fadli juga menyingung soal reklamasi yang sekarang jor-joran dilakukan sehingga banyak wilayah air yang diambil dari reklamasi tersebut membangun mall dan perumahan. “ Ini karena Gubernur Ahok sendiri membiarkan reklamasi,” kecamnya.
Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai banjir yang terjadi di DKI Jakarta menilai ada tiga hal yang menyebabkan banjir di Jakarta bisa separah hari Senin lalu.
Pertama, 13 sungai yang ada di Jakarta telah terdegradasi berupa penyempitan badan sungai dan pendangkalan. Kedua keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) masih sangat kecil yaitu pada kisaran 9,8 persen dari total luas DKI. Ketiga, terdapat situ dan hutan mangrove yang telah berubah fungsi.
Penyempitan badan sungai dan pendangkalan disebabkan oleh tumpukan sampah. Ketika sungai sudah mengalami sendimen tasi dan tersumbat oleh sampah maka daya alir sungai melambat. Sungai yang telah tersendimentasi tidak lagi mampu menampung asal air dari hulu dan dari daratan. Akibat ketidakmampuan ini, maka air melimpah.
Ditambah lagi, air dari daratan tak lagi mampu diserap tanah terbuka karena banyaknya permukaan tanah yang tertutup bangunan dan gedung. Air harusnya tertampung di situ-situ, namun nyatanya, banyak situ di Jakarta yang sudah beralih fungsi.
Sementara itu, pada wilayah hilir yang terdapat di pesisir pantai Jakarta Utara dan Barat, banjir terjadi karena muka tanah yang sudah turun ditambah lagi dengan terhambatnya laju air sungai oleh masuknya air laut. Masuknya air laut ke sungai akibat sabuk hijau (hutan mangrove) telah habis. (h/dn/anc)