Menurutnya, ketegangan politik yang terjadi saat ini, disebabkan tiga faktor. Pertama persoalan “tawar-menawar” koalisi antarparpol yang ada di DPRD. Kedua, persoalan tawar-menawar kolaisi ini berkorelasi dengan masalah figur yang bakal diusung. Faktor ketiga, masalah kemampuan pendanaan calon. “Saat ini tidak semua calon didukung oleh kemampuan finansial, namun mendapat dukungan masyarakat,” kata M Nur Idris.
Empat Calon Kuat
Saat ini ada empat figur bakal calon yang jadi perhitungan dan dinilai memiliki dukungan cukup kuat di tengah masyarakat, yakni inkamben Ismet Amziz, Harma Zaldi, H Trismon dan Ramlan Nurmatias. Dari keempat calon ini, ada dua masalah besar, pertama, tidak semua mereka memiliki kemampuan pendanaan yang kuat . Kedua, masalah partai apa yang mendukung siapa.
“Ramlan Nurmatias merupakan salah seorang calon kuat dan memiliki kemampuan pendanaan kuat. Namun sampai sekarang beliau belum mendapatkan partai pengusung,” ungkap M Nur Idris. Hal ini sangat riskan bagi seorang figur seperti Ramlan, sebab dikhawatirkan bisa tidak mendapatkan partai pengusung. Sementara di satu pihak, saat ini partai-partai “berpacu” dalam berkoalisi,” tuturnya.
Sementara inkamben Ismet Amziz saat ini menjadi calon kuat. Dukungan masyarakat kembali mengarah kepadanya berkat kemampuan komunikasi politiknya di tengah masyarakat yang cukup intens akhir-akhir ini. Namun di satu sisi kemampuan finansialnya terbatas, karean itu perlu partai kolaisi atau figure pasangan yang memiliki kemampuan pendanaan.
“Saya dengar Feby Dt. Bangso Ketua DPW PKB mendekat ke Demokrat yang saat ini dinakhodai Ismet Amziz. Tetapi H Trismon dari partai Golkar juga memiliki kekuatan besar untuk berpasangan dengan Ismet Amziz,” kata M Nur Idris.
Dari empat pasang calon yang dinilai cukup kuat ini, menurut M Nur Idris, juga ditentukan oleh kalkkulasi politik yang pas. Maksudnya, jika terjadi empat calon ini maju, artinya keempat figur ini bertarung dalam pemilukada mendatang, ada kemungkinan dua calon akan dominan, yakni H Trismon dan Harma Zaldi karena Ramlan dan Ismet Amziz dikhawatirkan bakal menjadi korban terpecahnya dukungan seperti pengalaman pemilukada periode lalu.
Masalah Koalisi Serius
Persoalan koalisi menjadi persoalan serius bagi pengurus partai yang bakal mengusung bakal calon. Sebab, parpol yang duduk di DPRD Kota Bukittinggi saat ini harus melakukan koalisi untuk dapat mengusung bakal calon. Ada tiga partai masing-masing memperoleh empat kursi, yakni Demokrat, Golkar dan Gerindra. Ketiga partai ini harus berkoalisi untuk mengusung calon karena tak cukup kuota 20 persen dari jumlah 25 kursi di DPRD sebagaimana disyaratkan Undang-undang. Kemudian di bawahnya ada PAN, PPP, PKS, selanjutnya PKB, PDI-P, Hanura dan Nasdem.
Persoalan tawar-menawar koalisi, ini berkorelasi dengan masalah figur yang bakal diusung, menjadi faktor kedua menimbulkan ketegangan politik. Situasi ini, tidak saja menimbulkan ketegangan di kaangan elite politik lokal, tetapi sekaligus menyebabkan kebuntuan karena dipecahkan. Oleh karena itu, baik partai kecil maupun tiga partai besar tadi dikhawatirkan salah satu di antara mereka, tak dapat mengusung calon karena tak dapat koalisi. (h/sms)