Afrasy melanjutkan, berdasarkan trend kebakaran hutan yang terjadi beberapa tahun terakhir, timbulnya kabut asap dimulai pada musim kemarau pendek dari Januari hingga Maret minggu ke dua.
Baca Juga : Terjun ke Jurang Kelok Sembilan, Satu Unit Dump Truck Meledak dan Terbakar
“Hal ini didasarkan atas kecenderungan siklus kemarau sepanjang tahun, yang selalu dibarengi tindakan pembakaran lahan di provinsi tetangga maupun Sumbar sendiri,” jelasnya.
Dikatakan Afrasy, fase pertama ini kabut asap akan mulai bermunculan. Seperti yang terjadi beberapa hari terakhir di Kota Padang yang merupakan kiriman provinsi tetangga Riau maupun produksi Sumbar sendiri.
Baca Juga : Astaga! King Kobra Lepas dari Paket Pengiriman, Nyaris Bunuh Kurir
“Kondisi ini akan kembali turun dalam rentang bulan Maret hingga Juni bakal. Pada Juli, Agustus hingga September siklus tahunan kemarau panjang akan dimulai. Pada saat ini kebakaran hutan akan naik. Sementara Oktober hingga Desember akan turun kembali karena memasuki musim hujan,” terangnya.
Pada Januari hingga Maret kabut asap berasal dari derah Riau dan Sumut, akibat arah angin dari timur ke barat. Sedangkan untuk Juli hingga Agustus bakal dilanda kabut asap dari arah selatan ke barat atau sumbangan provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.
Baca Juga : Potongan Kepala Korban Sriwijaya Air Ditemukan di Pantai Kis Tangerang
Data terakhir Dinas Kehutanan, sejak Januari hingga 23 Februari 2015 kemarin, jumlah hotspot di Riau sudah mencapai 271 titik. Disusul Jambi dengan 107 hotspot, lalu diperparah lagi Sumatera Utara dengan jumlah 93 hotspot.
Semenatara untuk wilayah Sumbar kata Afrasy, jumlah titik hotspot terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2014 hotspot Sumbar hanya sebanyak 266 titik. Jumlah ini turun dibanding tahun sebelumnya (2013) yang mencapai 480 titik.
Baca Juga : Parah! Kalah Main Mobile Legends, Eks Timnas U-19 Ini Pukul Pacarnya
Dinas Kehutanan Sumbar telah melakukan usaha untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar tidak membakar hutan. Diantaranya melakukan koordinasi kepada pemerintahan kabupaten/ kota. Ditambah lagi dengan sosialisasi kepada masyarakat akan kesadaran tak membakar hutan.
Dinas Kehutanan Sumbar dari 2014 lalu, telah membentuk semacam kemitraan dengan dideklarasikan masyarakat peduli api (MPA). Sejauh ini sudah ada 15 kelompok tersebar diseluruh kabupaten/kota.
“Kawasan yang tinggi angka kebakaran hutannya di Sumbar yaitu Kabupaten Pasaman Barat, Dharmasraya, Sijunjung dan Pesisir Selatan,” ujar Afrasy.
Sumbar sendiri, memiliki luas hutan sekitar 4,5 juta hectare, yang terbagi menjadi hutan produksi sekitar 700 ribu hektare, hutan lindung 800 ribu hektare dan hutan konservasi sekitar 800 ribu hektar. (h/mg-isr)