Bagi Sumiati, berdagang emas sudah mendarah daging. Ia tak bisa meninggalkannya walaupun hanya sehari saja. Dari gadis hingga usia senja,ia telah menekuni profesi sebagai dagang emas keliling dari pekan ke pekan. Hari Senin ia berdagang emas di Pasar Muaro Paneh, Selasa di Pasar Solok, Rabu di Pasar Talang, Kamis istrirahat, Jumat berdagang lagi di Pasar Bukik Sileh, Sabtu di Pasar Cupak dan Minggu di Pasar Guguak. Begitu seterusnya.
Nenek berusia 65 tahun ini sadar betul kalau profesinya sebagai pedagang emas sangat beresiko, terutama resiko dirampok. Sudah puluhan tahun profesi itu ia jalani dan puluhan tahun pula ia hidup berdampingan dengan bahaya. Kemampuan Sumiati dalam menghadapi perampok sebenarnya tak bisa dipandang sebelah mata. Ia benar-benar licin bak belut, beragam taktik dan strategi ia kuasai dengan baik.
Menurut pengakuannya, pernah semua ban mobilnya dikempeskan perampok di perempatan lampu merah Simpang Rumbio Kota Solok. Ia dikepung, tetapi ia bisa lolos dari kepungan perampok itu. Begitu pula ketika ia dibuntuti segerombolan perampok di Bukit Sileh, ia juga bisa lolos dengan memasuki halaman rumah penduduk sambil berpura-pura ia pulang ke rumahnya sendiri.
Akan tetapi tak salah pula kalau orang bijak mengatakan, sepandai-pandai tupai melompat, sekali-kali akan jatuh juga. Pepatah itu memang terasa pas benar dengan apa yang dialami Sumiati. Selama menjalani profesi pedagang emas keliling, sudah 35 kali ia berhadapan dengan perampok. Akan tetapi baru Sabtu lalu perampok bisa mengambil emas darinya, dan itupun hanya sebagian kecil emas yang sedang ia bawa.
“Sudah 35 kali saya dirampok, baru sekali ini perampok berhasil mengambil emas saya dan itu terjadi ketika saya tak lagi muda,” ujar Sumiati dengan mimic wajah sedikit geram di Pasar Guguak, Minggu (1/3).
Ia selalu arif apa bila ada perampok mengintainya. Tetapi kali ini tidak, ia sama sekali tak memiliki firasat apa-apa. Ia betul-betul lengah, dan cara kerja rampok itu pun agak profesional.
Hari itu, Sumiati pulang ke rumah dari Pasar Cupak dengan menumpang ojek motor dan diiringi dua pengawal pribadinya. Mereka berempat menuju Muaro Paneh. Tiba-tiba kendaraan ojek yang ditumpanginya ditendang perampok. Motor tersungkur, tukang ojek disuruh pergi, sementara salah seorang perampok langsung meremas buah dadanya secara kasar. Saat bersamaan, perampok itu tanpa sengaja juga meremas emas yang ada dalam kantong bagian atas rompinya.
Perampok besikukuh memegang emas dalam saku rompi itu. Kemudian menariknya secara kasar sembari menghantam perut Sumiati. Rompi robek seketika, sebelah dibawa kabur oleh perampok dan yang sebelahnya lagi masih melekat ditubuh Sumiati.
Dua pengawal pribadi tauke emas ini tak bisa berbuat banyak, karena saat bersamaan sepeda motor mereka juga dihantam perampok. Memang ada sedikit perlawanan, akan tetapi tak berpengaruh sama sakali, pengawalnya kabur tunggang langgang saat perampok meletuskan pistol di samping telinganya.
Ditinggal pengawal dan tukang ojek yang telah kabur, nenek tua ini berjuang sendirian menghadapi empat perampok. Ia dekap tasnya erat-erat, semakin erat ia pegang maka perampok pun semakin bernafsu merampas tas itu.
“Saya pegang tas itu erat-erat sambil berteriak minta tolong. Saya relakan tubuh saya ditendang dan diinjak-injak asalkan tas itu tak lepas dari tangan. Bahkan saya membiarkan tubuh saya diinjak -injak dalam posisi tubuh tertelentang,” kata Sumiati.
Tak lama berselang, kata Sumiati, ada orang yang datang hendak menolong saya. Dia itu Zakaria, teman anak saya, namun sangat disayangkan perampok melumpuhkannya dengan tembakan pada bagian dada. Zakaria ambruk bersimbah darah.
Melihat zakaria ambruk ,empat perampok melarikan diri dengan sepeda motor,kemudian sepeda motor itu diikuti sebuah mobil kijang. “Saya tak bisa menghitung secara pasti, tetapi sebagian besar emas saya yang ada di saku baju, saku jaket dan saku rompi selamat. Begitu juga dengan uang yang ada dalam tempat kusus pada bagian punggung saya. Sementara tas yang saya pertahankan itu hanya berisi sebuah palu dan sebuah besi bulat untuk ukuran besarcincin. Saya mempertahankan tas itu hanya sekedar mengalihkan perhatian perampok saja,”ujar Sumiati.
Ketika Haluan memperlihatkan foto dada Zakaria yang ditembus peluru, Sumiati kontan menangis dan berjanji akan membayar semua biaya perawatan dan akan ke rumah Zakaria secepatnya. Zakaria sendiri sudah pulang ke rumahnya, karena peluru yang ada dalam dadanya sudah dikeluarkan tim medis RSUD Solok. *
Penulis:
ERI SATRI