Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat yang Ia berikan kepada hamba-Nya.” (HR. Turmudzi dan Hakim, Imam Suyuthi meng-hasan-kannya).
Baca Juga : Polri Pastikan Konsep Pam Swakarsa Komjen Listyo Sigit Berbeda dengan Tahun 1998
B.Bagaimana Cara Mensyukuri Nikmat? Adalah dengan menjaga keberlangsungan nikmat itu sendiri sesuai sunnah Allah di dalam sebab dan musabab. Ibnu Qayyim berkata: “Barangsiapa merenungkan petunjuk Nabi saw., maka ia akan mendapatkannya sebagai sebaik-baik petunjuk, yang dengannya memungkinkannya untuk memelihara kesehatannya. Memelihara kesehatan itu dengan cara mengetahui pengaturan tempat makan, minum, pakaian, tempat tinggal, udara, tidur, bangun, senggang, nikah dan sebagainya. Apabila hal-hal tadi berhasil dipenuhi dengan cara yang tepat, maka akan lebih mendekati kehidupan yang sehat yang berkesinambungan.
Apabila kekuatan dan kesehatan saja merupakan nikmat Allah yang besar dan anugerah-Nya yang melimpah, maka sangatlah pantas bagi orang yang diberi rizqi itu untuk menjaganya dan melindunginya dari hal-hal yang membahayakannya. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Ada dua nikmat yang di dalamnya banyak orang tertipu: sehat dan senggang” (HR. Bukhari).
Baca Juga : Menko PMK Muhadjir Bagi-bagi Gadget, Ada Apa?
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang di pagi hari tubuhnya sehat, dadanya tenteram dan ia mempunyai persediaan makan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia ini diperuntukkan baginya” (HR.Turmudzi).
Dalam riwayat Abu Hurai-rah ra. Rasulullah saw. juga bersabda: “Perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seseorang pada hari Kiamat tentang nikmat adalah ketika ia ditanya: “Bukankah Kami telah memberikan kesehatan pada badanmu dan meyegarkanmu dengan air dingin?” (HR.Turmudzi).
Baca Juga : Presiden Jokowi Serukan Langkah Global Tangani Dampak Perubahan Iklim
Dalam Islam diperintah oleh Rasulullah SAW agar berdoa minta dianugerahi dua kesehatan, yakni kesehatan agama dan kesehatan dunia. Beliau saw. bersabda:
“ Mintalah (kalian) kepada Allah keyakinan dan kesehatan, karena tidak ada (nikmat) yang diberikan oleh Allah kepada seseorang yang lebih baik dari pada kesehatan setelah keyakinan” (HR. Ahmad).
Baca Juga : Unggah Foto Natalius Pigai dan Gorila, Ini Dia Sosok Ambroncius Nababan
C. Pemeliharaan Kebersihan. Salah satu sarana untuk memelihara kesehatan yaitu dengan menjaga kebersihan. Kitab-kitab fiqh kita dalam bab-babnya senantiasa diawali oleh bab yang berjudul Thaharah (bersuci). Di dalam berwudlu misalnya, dibersihkanlah bagian-bagian anggota tubuh yang sering terkena kotoran, keringat, debu seperti wajah (termasuk hidung dengan cara istinsyaq/memasukkan air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya dan mulut dengan cara madhmadhah/berkumur), kedua tangan, kedua kaki, kepala dan kedua telinga.3 Perintah berwudlu ini tercantum dalam surat al-Maidah ayat 6. Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa-i dan Ibnu Majah, dari Ibnu Umar, dan Ibnu Majah dari Anas dan dari Abu Bakrah, serta Ibnu Majah dari Walid Abul Malih juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah tidak menerima shalat yang tanpa bersuci “Tidak akan diterima shalat salah seorang dari kalian apabila ia berhadats, hingga ia berwudhu.” (Muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah ra.)
Ijma’ ulama juga menyebutkan bahwa mereka telah sepakat bahwa tidak sah shalat itu tanpa bersuci, yaitu jika seseorang mampu mengerjakannya. (Lihat: Al-Ausath, Ibnul Mundzir: 1/107)
Di atas itu semua, AlQuran dan al-Sunnah menyanjung pelaku dan penggemar kebersihan seperti ini. Allah pun juga menyukai pelakunya.
D. Ancaman Bagi yang Mengganggu Kebersihan dan Kesehatan. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengganggu kaum muslimin di jalan-jalan mereka, maka layak mendapat laknat mereka” (HR.Thabrani dari Hudzaifah bin Usaid, ia meng-hasan-kannya).
Islam melalui lisan Nabi saw. melarang kita kencing di bak mandi, di air menggenang, jalan, tempat yang teduh, atau di sumber air. Rasulullah saw. menyebutnya dengan tiga tempat yang dilaknat.
Di antara tempat yang kotor adalah sebagaimana sabda Nabi SAW: a.”Jauhilah dua kutukan atau dua macam orang yang dikutuk: orang yang membuang kotoran di jalan orang dan di tempat berteduh” (HR.Muslim, Abu Dawud, Ahmad). Imam Nawawi menganggap hal ini makruh tahrim sedang Adz-Dzahabi menganggapnya dosa besar. b.”Jika salah seorang dari kalian bangun tidur, maka janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana sampai ia membasuhnya tiga kali, karena sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya itu bermalam” (HR. Muslim /278).
c.”Janganlah salah seorang di antara kalian buang air kecil di dalam air yang tidak mengalir lalu mandi di dalamnya” (HR.Bukhari). Dalam riwayat Turmudzi “lalu berwudlu darinya”.
E. Dorongan untuk Cekatan dan Olahraga. Hadits Muttafaq ‘alaih menyebutkan bahwa Nabi saw mohon perlindungan kepada Allah dari ketidakberdayaan dan pemalas. Beliau menjadikan bangun pagi dengan bersemangat sebagai sifat seorang mukmin yang multazim (konsekuen pada agamanya). Beliau bersabda:
“Syetan mengikat pada tengkuk salah seorang dari kalian sebanyak tiga ikatan jika ia sedang tidur…”(HR.Bukhari kitab Tahajjud III/24). Beliau dalam sejarah juga pernah lomba lari dengan ‘Aisyah ra, isteri beliau sendiri.(HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Semua ini mendidik kita agar membiasakan diri giat dan cekatan, bukan pemalas, dan semua itu menyehatkan tubuh kita. Tidak benar jika ada hadits Nabi SAW yang menjelaskan tentang keutamaan lapar, kecuali lapar karena berpuasa. Justru ada hadits shahih yang menjelaskan bahwa beliau saw. berlindung dari kelaparan: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelaparan, karena ia adalah sejelek-jelek teman tidur” (HR.Abu Dawud, Nasa-i, Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Sakit ketika berpuasa dalam Islam menjadi penyebab dibolehkannya berbuka, yaitu dengan menggantinya pada hari yang lainnya. Rukhshah dari Allah untuk orang yang sakit dan orang yang bepergian jika dipraktekkan oleh hamba-Nya sangatlah disenangi Allah. Rasul saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah senang jika keringanan (rukhshah) –Nya dikerjakan, sebagaimana Dia tidak senang jika maksiat kepada-Nya dikerjakan” (HR.Ahmad, Ibnu Hibban, Baihaqi).
F. Perhatian Rasul SAW terhadap Kesehatan. Amr bin ‘Ash pernah tidak mau mandi junub pada suatu malam yang dingin, kemudian ia mengimami shalat setelah bertayamum sebelumnya. Ketika hal ini diadukan kepada Nabi saw, dan beliau saw. menanyakannya (cross check), maka ia menjawab: “Saya teringat firman Allah SWT: “Dan jangan kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah Maha Sayang pada kalian” (QS.Al-Nisa’:29). Maka Nabipun kemudian tersenyum.
Kebalikan dari kisah ini, pernah ada seorang laki-laki terkena luka, lalu ia bermimpi junub. Sahabat-sahabatnya memfatwakan agar ia mandi. Kemudian ia meninggal dunia karena air yang dingin itu membuat lukanya bertambah parah. Berita ini sampai pada Rasulullah SAW, dan beliau marah dengan sabdanya: “Mereka telah membunuhnya, maka Allah akan membunuh mereka! Apakah mereka tidak bertanya kalau memang tidak tahu? Karena sesungguhnya obatnya tidak tahu itu bertanya. Sebetulnya cukup baginya (yang meninggal itu) membalut lukanya lalu bertayamum.(HR. Abu Dawud dari Jabir, Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas).
Berobat dan mencari sehat menurut Islam termasuk takdir. Sakit tidak cukup dihadapi dengan kesabaran. Sahabat Abu Khizamah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW.: “Wahai Rasul, apa pendapat tuan tentang ruqyah yang kami baca untuk menyembuhkan, obat yang kami pakai dan perisai yang kami gunakan untuk mempertahankan diri, apakah ia dapat menolak takdir Allah? Beliau menjawab:” Itupun termasuk takdir Allah”.
Demikianlah sebagian dari petunjuk agama tentang kesehatan, mudah-mudahan menjadi “pengantar” ke arah hidup sehat sesuai ajaran Islam, karena mukmin yang kuat lebih disukai Allah dari pada mukmin yang lemah. Alhamdulillah.***
DERI ADLIS, SHI
(Pegawai Di Kantor Dinas Kesehatan Anambas)