Saat ditanya berapa dananya, Rusdi belum tahu. Pihaknya sedang menunggu dana tersebut cair.
Baca Juga : Ada 52 Kasus Pernikahan di Bawah Umur di Kota Padang Tahun 2020, Penyebab Utama 'Hamil Duluan'
Ia meminta dukungan masyarakat dengan cara mempermudah proses pembebasan lahan yang terkena poryek pelebaran jalan itu. Ia melihat, salah satu masalah pembangunan di Padang adalah pembebasan lahan.
“Dulu di tahun 2012, ada dana dari pusat untuk pelebaran jalan Simpang Kalumpang Lubuk Buaya-Simpang Kataping Bypass. Namun, karena terkendala pembebasan lahan, jalan itu tak jadi dilebarkan. Jalan itu akhirnya ditingkatkan saja kualitasnya dengan menggunakan dana itu,” sebutnya saat ditemui Haluan di ruangannya, Rabu (4/3).
Baca Juga : Cuma 2 Menit, Cetak Dokumen Kependudukan di Disdukcapil Kota Padang dengan Anjungan Dukcapil Mandiri
Rusdi menjelaskan, jalan-jalan yang direncanakan untuk dilebarkan itu merupakan usulan Dinas PU Padang ke pusat. Usulan itu berdasarkan data jalur evakuasi tsunami yang terdapat di red book(buku merah) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang.
Namun, Kota Padang baru mendapatkan lagi dana bantuan pusat pada tahun ini setelah absen dua tahun sebelumnya. Terakhir, Kota Padang mendapatkan bantuan dana pada tahun 2012, yakni pelebaran jalan Simpang Kalumpang Lubuk Buaya-Simpang Katapiang Bypass. Sebelumnya, pada tahun 2010 dan 2011, Kota Padang juga mendapatkan bantuan itu yang digunakan untuk pelebaran jalan Alai- Bypass dengan panjang 3,4 km. Namun, hingga saat ini, masih tersisa 40 meter yang belum dilebarkan karena terkendala pembebasan lahan.
Baca Juga : Terdampak Pandemi Covid-19, Angka Pernikahan di Kota Padang Turun 10 Persen
Rusdi melanjutkan, selain menggunakan dana pusat, PU Padang juga membuat jalan alternatif evakuasi tsunami menggunakan dana APBD Padang. Jalan tersebut adalah jalan Sungai Taruang ke Dadok Tunggul Hitam, yang ditimbun pada 2014 yang lalu, dengan panjang 1 km dan lebar 8 meter. Tahun ini pihaknya berencana mengeraskan jalan tersebut.
“Jalan itu melintasi run away (landasan pacu) Lanud Tabing,” sebutnya.
Baca Juga : Masa Reses DPRD Padang, Irawati Meuraksa Siapkan Program Tepat Guna untuk Masyarakat
Tahun ini, kata Rusdi, Bina Marga mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp 14 miliar. Dana itu akan digunakan untuk mengaspal ulang (overlay) jalan yang aspalnya sudah aus. Ada 18 ruas jalan dengan total panjang 12 km yang akan diaspal ulang, contohnya jalan Dobi, Gajah Mada dan sebagainya. Pengerjaannya menunggu dana APBD cair.
Rusdi menambahkan, Bina Marga juga mendapatkan alokasi dana dari APBD Padang sebanyak Rp 10 miliar. Rp 6,5 miliar dana itu akan digunakan untuk peningkatan jalan dan Rp 3,5 miliar lagi untuk rehabilitasi jalan.
Pihaknya baru melakukan perencanaan jalan mana yang akan direhabilitasi dan ditingkatkan kualitasnya. “Disainnya sudah dibikin. Nanti dipilih mana jalan yang penting untuk diprioritaskan pengerjaannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Padang, Dedi Henidal mengatakan, pihaknya sedang mengusulkan 10 titik pembukaan jalan baru dengan lebar 8 meter ke BNPB pusat, yang bisa digunakan sebagai jalur evakuasi tsunami.
Saat ditanya di mana lokasi 10 titik jalan itu, Dedi belum menyebutkannya. “Setelah Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana nanti saya beri tahu,” katanya. Rakornas tersebut berlangsung di Jakarta mulai 9 hingga 11 bulan ini.
Terkait sebutan jalan evakuasi tsunami, menurut Dedi, tidak ada yang namanya jalan evakuasi tsunami, sebab semua jalan, baik sempit maupun lebar, bisa digunakan untuk jalan evakuasi tsunami.
“Ada yang harus diluruskan mengenai jalan evakuasi tsunami ini. Yang orang pikirkan terkait pelebaran jalan untuk evakuasi tsunami adalah menjauhi pantai menggunakan jalan itu dengan mobil atau sepeda motor. Itu cara pikir yang salah, karena bila menggunakan kendaraan, akan terjadi kemacetan parah. Kalau pun semua jalan di Kota Padang ini dibuka dan dilebarkan untuk evakuasi tsunami menggunakan kendaraan, tetap akan macet, karena jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jumlah jalan,” tuturnya.
Ia mengimbau, masyarakat sebaiknya meninggalkan kendaraan dan berlari menjauhi pantai apabila terjadi gempa berpotensi tsunami. Cara itu lebih efektif ketimbang menggunakan kendaraan. “Dalam berbagai simulasi tsunami, tidak pernah lari menggunakan kendaraan. Pernah waktu simulasi tsunami, anak TK Bunda di Ulak Karang berjalan santai saja ke Kampung Bung Hatta di Gunung Pangilun, hanya menghabiskan waktu 28 menit. Itu baru anak TK. Bayangkan kalau orang dewasa yang berlari, pasti lebih cepat,” pungkasnya. (h/dib)