Rusiyadi bercerita mengapa mau jadi peternak sapi, meskipun ia sebagai seorang prajurit yang bertugas sebagai Babinsa di Koramil Sungayang Kabupaten Tanah Datar. Hal ini bermula ketika tahun 2012, ia baru pindah dari Korem 031/Wira Bima, Provinsi Riau, ke Korem 032/Wirabraja, Provinsi Sumatera Barat dan ke Kodim 0307/Tanah Datar, bahwa ia mendengar Australia tidak mau mengimpor sapinya ke Indonesia. Padahal Indonesia sangat membutuhkan daging sapi.
Beranjak dari persoalan itu terpikir, masa untuk sapi saja kita harus mengimpor dari Australia, bahkan Indonesia sebagai negara yang memiliki lahan yang cukup luas untuk beternak dan pertanian, tapi masih bergantung dengan Australia.
Dari persoalan itulah, Rusiyadi bertekad untuk berternak sapi dan kebetulan tempat tinggal di kampung istrinya (Asih Rahayu), Jorong Gudam, Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, memiliki lahan yang cukup luas dan cocok untuk berternak sapi. Tapi apa daya, ia tidak mempunyai ilmu berternak ditambah modalnya tidak cukup. Tapi dia tidaklah putus asa, Rusiyadi mencoba mendatangi Dinas Perternakan Kabupaten Tanah Datar, dan mencari informasi bagaimana cara berternak sapi yang baik, termasuk mendapatkan progam pemerintah di bidang perternakan. Oleh Kabid Peternakan Kabupaten Tanah Datar disarankan, dia untuk membetuk kelompok tani.
Baca Juga : 16 Februari 2021 Masa Jabatan Berakhir, Bupati Ali Mukhni Harapkan Pembangunan Padang Pariaman Dilanjutkan
Selang berapa waktu, Rusiyadi pun membentuk kelompok ternak sapi dengan beberapa orang yang diberi nama “Kelompok Ternak Bangun Nagari”. Untuk pengadaan sapi, ia tidak segan-segan menguras tabungannya yang tidak seberapa, untuk membeli seekor sapi jenis PO seharga Rp6,5 juta lebih, itulah awal dari kiprahnya menjadi perternak yang sukses.
Sayangnya, meskipun sudah mendapatkan arahan dari Dinas Peternakan. Namun usaha tersebut belum berhasil, kegagalan itu bukan disebabkan karena tidak serius berternak, tapi dikarenakan sapi yang ia beli itu tidak bisa berkembang biak karena sapinya mandul.
Baca Juga : Sebanyak 1.805 Nakes di Kabupaten Pessel Ditargetkan Selesai Divaksin Januari 2021
“Namun saya tidak berputus asa. Setelah tiga bulan sapi itu tidak beranak, saya jual dan uangnya dibelikan ke sapi jantan seharga Rp9 juta. Dari situ, saya memulai kembali mengembangkan usaha ternak sapi,” terang Rusiyadi mengatasi kegagalan saat memulai.
Tekad untuk terus berternak sapi mulai memperlihatkan hasil, di mana sapi jantan yang ia pelihara memperlihatkan perkembangan yang mengesankan. Setelah 1,5 tahun memelihara, akhirnya sapi itu laku dijual seharga Rp27 juta. Melihat hasil yang cukup menggembirakan ia pun tertarik dengan usaha penggemukan sapi, ia optimis kalau usaha sapi sangat menguntungkan. Namun berbeda, ketika dia memulai usaha penggemukan uang ia dapat tidak dibelikan kepada sapi, akan tetapi dia gunakan untuk membangun kandang.
Baca Juga : Update Kasus Covid-19 di Kabupaten Pessel, 12 Positif dan 2 Sembuh
“Uang penjualan ditambah pinjaman sebesar Rp20 juta, saya pakai membuat kandang dengan kapasitas 30 ekor sapi,” ujarnya.
Kandang yang telah ia bangun itu masih kosong, lantas bagaimana mendapat sapi untuk mengisi kandang dengan kapasitas 30 ekor itu, sementara ia tidak punya uang lagi untuk membeli sapi. Untuk mengatasi hal itu, ia mengajak orang kampung agar mau memelihara sapi di kandangnya. Ketika itu katanya ada lima ekor sapi yang dipeliharanya. Tidak puas dengan lima ekor sapi itu, ia pun mengajukan kredit kepada bank untuk membeli sapi, kebetulan pada waktu itu ada Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), yang memberikan peluang kepada peternak untuk mendapatkan kredit dengan bunga rendah. Ia termasuk salah satu yang layak menerima kredit KKPE tersebut.
“Saat itu, saya termasuk salah satu yang menerima kredit sebesar Rp200 juta untuk membeli sapi sebanyak 13 ekor ditambah dengan kepercayaan orang, akhirnya kandang yang berkapasitas 30 ekor dapat terpenuhi,” tuturnya.
Dengan 30 ekor sapi yang dikelolanya terus berkembang, namun kini mulai muncul dengan kotoran yang dihasilkan. Oleh Dinas Peternakan, ia disarankan untuk mengelola kotoran ternaknya menjadi kompos, untuk itulah dia diajar membuat kompos kelompok ternak di Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, yang berhasil mengelola kotoran ternak menjadi kompos.
Maka, ia pun mengembangkan usaha pengolahan kotoran ternak menjadi kompos. Ternyata usaha tersebut juga membuahkan hasil yang optimal berkembang dengan baik, karena kesadaran petani untuk memakai kompos mulai muncul hingga kompos yang dibuat cukup laku terjual. Yang menarik tidak hanya dari kotoran ternak itu sendiri, untuk meningkatkan produksi pupuk kompos ia mendatangkan kotoran ternak dari peternak masyarakat lain di kampungnya.
Cara yang dipakai untuk mendapatkan kotoran ternak milik masyarakat dengan cara cukup unik, di mana Rusiyadi membentuk “Kelompok Usaha Bayar Listrik dengan Kotoran Sapi”. Dengan cara itu setiap kotoran ternak ia ambil dari masyarakat dengan kompensasi “membayarkan listrik para peternak tersebut” cara ini sangat manjur, karena dapat membantu mereka. Usaha pengelolan kompos semakin berkembang, sehingga kompos yang dihasilkan mencapai 20 ton perbulan.
Kini telah mencapai 3 tahun usaha sapi yang digelutnya, ia sangat merasakan manfaatnya tidak saja dari sisi materi karena penambahan pendapatan, ia pun mendapat apresiasi dari pimpinan TNI-AD, khususnya Danrem 032/Wbr Brigjen TNI Widagdo Hendro Sukoco, dan ia diajak kemana-mana untuk memaparkan keberhasilannya.
“Keberhasilan saya sebagai peternak dapat mempelancar tugas pokok sabagai Babinsa dengan ilmu pengetahuan yang didapat harus menyatu dengan masyarakat. Hal ini juga lebih memudahkannya bersosialisasi dengan masyarakat yang rata-rata petani dan peternak. Jadi usaha saya ini tidak menggangu tugas utama sebagai abdi masyarakat,” ungkap Rusiyadi, yang menyambut usaha peternakan itu dilakukan bersama istri dan empat anaknya masing-masing Oppy Riani (17), Wina Tania (15), Yuni Triyana (6) dan Rizki Amelia (5).
Selain mendapatkan keuntungan materi, kesuksesan yang diraih Rusiyadi juga membuat kebanggan bagi dirinya sendiri dan keluarganya.
Serma Rusiyadi, sebagai Babinsa Nagari Minangkabau Koramil 06/Sungayang, tidak menyangka dibawa Komandan Korem 032/Wirabraja Brigjen TNI Widagdo Hendro Sukoco mengikuti pelatihan ketahanan pangan tingkat nasional di Pabrik Gula Camming Bone, Sulawesi Selatan, sekaligus memaparkan keberhasilanya dalam beternak sapi dan mengelola pupuk kompos pada tanggal 16 hingga 19 Desember 2014. Saat itu, Rusiyadi bisa bertemu dengan para jenderal sekaligus menjadi narasumber cara berternak yang baik kepada para peserta pelatihan. Sedikitnya 172 peserta dari seluruh Kasdam, Waster Kasad, Danrem, Dandim, serta Babinsa di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan kader penanaman padi program ketahanan pangan TNI-AD 2014.
Apa yang dilakukan Rusiyadi, sejalan dengan program Korem 032/Wbr meningkatkan swasembada pangan dalam 3 tahun ke depan di wilayah Sumbar. (*)
Laporan: NASRIZAL