Untuk renovasi fisik telah dianggarkan dana sebesar Rp 450 juta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan untuk interiornya telah dianggarkan dana sebesar Rp 50 juta.
Baca Juga : Pasien Sembuh Covid-19 di Sumbar Mencapai 24.080 Kasus
“Sementara Kantor Permuseuman dan Peninggalan Bersejarah sendiri saat ini telah mempersiapkan item-item yang akan dipajang di Museum Orang Rantai, termasuk item untuk ruang diorama,” kata Evrinaldi, Kepala Kantor Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman kota Sawahlunto kepada Haluan.
Penjara orang rantai tersebut merupakan salah satu lubang tambang yang telah lama tak lagi difungsikan, namun kondisi bangunan bekas penjara orang rantai saat ini kontruksinya masih kokoh.
Baca Juga : Kasus Positif Covid-19 di Sumbar Bertambah 112 Orang
Penjara orang rantai adalah saksi pedihnya kehidupan bangsa Indonesia di zaman penjajahan Belanda yang dipaksa bekerja untuk keuntungan kolonial penjajah, dan bagi orang pribumi yang tidak menerima kebijakan kerja paksa itu dan menunjukkan pemberontakan, maka dimasukkan kedalam penjara-penjara rantai ini. tidak sekedar dikurung saja tetapi juga dipaksa bekerja di lubang-lubang tambang yang pengap sebagai siksaannya.
“Melalui museum ini nantinya kita ingin menggambarkan betapi pedihnya kehidupan masa lalu di Sawahlunto, dengan mengetahui sejarah tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi generasi sekarang dan dapat mebingkatkan rasa cinta tanah air kepada pengunjung nantinya,” tutur alumnus Unpad ini.
Baca Juga : Pengurus HIPMI 3 Daerah Dilantik Serentak di Payakumbuh
Namun regulasi lahan yang berada di dalam areal Balai Diklat Tambang Bawah Tanah sedikit menjadi kendala dalam perizinan bagi pemerintah kota untuk melakukan pendirian bangunan itu.
“Saat ini kita masih melakukan negosiasi dengan pihak terkait, bagaimana perjanjiannya apakah pinjam pakai atau sewa pakai, kita lihat perkembangannya nanti,” ungkapnya.(h/mg-rki)
Baca Juga : Amazing! Inilah 'The Power of Emak-emak' dari Pariaman yang Bikin Takjub