Pantauan Haluan di lokasi kejadian, tampak warga ramai mengunjungi rumah korban untuk menyaksikan peristiwa tersebut, saat itu sekitar pukul 14.00 WIB jasad korban masih disemayamkan di kamar belakang, sementara suami korban yang sudah beberapa lama pisah ranjang itu sempat pingsan di ruang utama rumah duka.
Baca Juga : Gandeng ACT, Pemprov Sumbar Kirim Ribuan Ton Bantuan Pangan ke Sulbar dan Kalsel
“Korban pertama ditemukan oleh anaknya Wike Fanola Putri (23) sedang terbujur kaku tergantung dengan seutas tali nilon berwarna hitam di balok beton dapur yang tingginya sekitar tiga meter. Juga tampak kursi di sana, diduga kursi kayu tersebut untuk bantuan melancarkan bunuh diri itu,” sebut Kapolsek Sungai Tarab, AKP Heri Satriawan di lokasi tersebut.
Sementara salah seorang adik korban juga menyebutkan, kakaknya sudah hampir tiga tahun mengalami sakit tulang dan sudah berkali-kali berobat namun tak kunjung sembuh. “Selama ini dia memang tidak ke luar rumah lagi, hanya di kamar. Salatnya juga tidak pernah tinggal. Terakhir setahu saya urat bagian lehernya juga sakit membengkak. Tidak kami sangka-sangka ia akan nekad mengakhiri hidup dengan cara ini,” sebutnya.
Baca Juga : Jabatan IP Segera Berakhir, Kemendagri Belum Tetapkan Pjs Gubernur Sumbar
Dikatakannya, sebelum korban mengakhiri hidupnya, ia ditinggal pergi anaknya Wike ke luar sekitar setengah jam. Setelah Wike pulang pada pukul 13.00 WIB dilihatnya ibunya di kamar sudah tidak ada dan dipanggil-panggil pun tidak menjawab. Setelah anaknya itu mencari ke dapur, terlihat ibunya sudah tergantung menggunakan seutas tali. Wike sontak kaget dan memberitahukan ke tetangga kebetulan sedang pesta perkawinan.
Kasus bunuh diri karena frustasi sebelumnya juga dialami oleh Junimar (64) berjenis kelamin laki-laki warga Jorong Bulakan Nagari Padang Magek Kecamatan Rambatan, Selasa (27/1) sekitar pukul 19.00 WIB. Ia mengakhiri hidupnya karena sudah tidak tahan beberapa lama menahan penyakit paru-paru dan diabetes yang dideritanya.
Baca Juga : Jabatan Gubernur Sumbar Berakhir 12 Februari 2021
Kasus bunuh diri di Tanah Datar sudah pada tingkat merisaukan. Betapa tidak, dalam tahun 2014 setidaknya terjadi 15 warga yang mengakhiri hidupnya dengan jalan pintas.
Pelakunya tak hanya kalangan tua, tapi juga anak muda bahkan tercatat masih sebagai pelajar. Kasus bunuh diri ini terjadi dengan berbagai penyebab, ada yang karena putus cinta, tak tahan menahan sakit dan faktor ekonomi.
Baca Juga : Tahun 2021, Target PAD Kota Pariaman Naik jadi Rp45 Miliar
Tingginya kasus bunuh diri ini mengundang keprihatinan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Tanah Datar Irsyal Verry Idrus Dt Lelo Sampono. Ketika membuka MTQ tingkat Kecamatan Batipuh 31 Maret lalu dia mengatakan banyaknya kasus bunuh diri ini menunjukkan kegagalan orang tua, ninik mamak, ulama beserta pemerintah daerah.
Ia mengatakan, semuanya harus menjadi renungan dan pemikiran bersama. Secara fisik, pendidikan dan ekonomi Luhak Nan Tuo tidak diragukan, tidak ada duanya.
“Masjid bagus-bagus. Tapi pengamalan akan Alquran belum sempurna sehingga muncullah kasus yang mencoreng kening kita. Semuanya harus menjadi renungan kita bersama,” ujar Irsyal Verry Idrus. (h/fma)