Sambil berurai air mata, saat usai sidang dan dikawal oleh petugas kejaksaan menuju sel tahanan sementara Pengadilan Negeri Padang, Maya tak bosan-bosannya menanyakan kabar sembilan anak asal Mentawai yang telah disangkakan akan dijual olehnya. “Ini kuasa Allah. Allah telah memperlihatkan kebesarannya. Saat ini yang ada dipikiran saya hanyalah ingin bertemu dengan adik-adik saja. Saya rindu dengan adik-adik. Saya sangat rindu,” ucapnya setengah terisak.
Sembari berusaha menghapus air matanya, Maya meminta kepada tim kuasa hukumnya untuk difasilitasi menemui sembilan anak yang diduga menjadi korban perdagangan manusia tersebut.
“Saya akan menjelaskan kepada adik-adik apa yang terjadi. Saya tidak ingin adik-adik menjadi trauma dan pada akhirnya memupuskan keinginan mereka untuk mengenyam pendidikan yang layak,” katanya lirih.
Suasanan di Pengadilan Negeri Padang saat itu sangat mengharu biru. Satu persatu pendukung Maya dan Farhan silih berganti mengucapkan selamat dan memberikan pelukan hangat. Rasa haru bercampur bahagia ini, menjadi momen yang selama ini dinanti-nanti oleh Farhan dan Maya.
Kepada Haluan, Maya juga menceritakan tentang keinginan terbesarnya selama menjalani hukuman di Lapas Muaro Padang untuk menemui sembilan Jet Le Cs, anak asal Mentawai yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.
“Saya yakin sekali, adik-adik juga rindu kepada saya dan Farhan. Mereka sudah kami anggap seperti adik kandung kami sendiri. Selama ini, tak ada satupun dari adik-adik marah kepada kami. Mereka semuanya malah mendukung serta menguatkan kami,” tuturnya.
Meski demikian, sebut Maya, momen yang paling dinanti Maya selama menjalani sidang di Pengadilan Negeri Padang adalah saat satu persatu sembilan orang korban ini dihadirkan sebagai saksi untuk memberikan keterangan. “Momen itu tak akan pernah saya lupakan. Saya akan ingat selalu. Bagaimana adik-adik menjelaskan semua kronologis kejadian tanpa satupun yang menyudutkan saya dan Farhat. Jujur, saat itu saya menangis. Saya terharu. Mereka begitu menyayangi kami,” katanya sambil terisak.
Tidak hanya sampai disitu, sebut Maya, ia begitu terharu saat salah seorang kerabat saya membawakan koran Haluan yang pada halaman satunya ada sebuah tulisan mengenai rasa rindu yang disampaikan oleh adik-adik kepadanya. “Saya baca tulisan itu. Saya baca. Tidak hanya satu kali, tapi berkali-kali saya baca. Saat itu saya menangis. Saya sangat ingin bertemu dengan adik-adik,” beber Maya sambl menyapu air matanya dengan tangan. (*)
Laporan: HELDI SATRIA