M. Irsyad, salah satu pendamping keltan di Pesisir Selatan mengungkapkan, dari total 50 kambing untuk lima keltan yang dibimbingnya, masing-masing 10 kambing untuk satu keltan, sekarang tinggal 28 kambing yang hidup. Terdapat 4 hingga 6 ekor kambing yang mati di masing-masing keltan.
Baca Juga : Pelantikan 2 Bupati Terpilih di Sumbar Digelar 26 April 2021
Ia menjelaskan, lima keltan tersebut, dua berada di wilayah Tarusan dan tiga di Bayang Utara. Sejak diterima pada akhir 2014 yang lalu hingga kini, dalam satu minggu terdapat satu kambing yang mati.
Ia juga mendapatkan informasi dari rekan-rekannya sesama kelompok tani yang mendapatkan bantuan kambing dari dana hibah bansos DPRD Sumbar terkait matinya kambing di Kabupaten Solok Selatan dan Dharmasraya.
Baca Juga : Malam Ini, TSR Pemkab Dharmasraya Kunjungi Masjid Baitul Amanah
Anggota kelompok tani, kata Irsyad, tidak mengetahui penyebab matinya kambing itu. “Yang diketahui petani, sebelum kambing mati, keluar air dari hidung kambing seperti ingus manusia. Kemudian, kambing tak bernafsu makan. Beberapa hari sejak keluarnya air dari hidung, kambing tampak tak semangat hidup hingga mati,” beber Irsyad yang bertugas memediasi kelompok tani yang ingin berkonsultasi dengan pemerintah seputar dunia peternakan dan pertanian.
Terkait pertanggungjawaban matinya kambing tersebut, berhubung kambing itu bantuan pemerintah yang dananya harus dipertanggungjawabkan, Irsyad menjelaskan, keltan membuat berita acara kambing yang mati dan menyerahkan laporan itu ke penyuluh peternakan setempat.
Baca Juga : Warga Lubuk Gadang Utara Terima BLT Dana Desa untuk 127 KPM
Sebelum kambing mati, pihaknya melaporkan gangguan kesehatan kepada penyuluh dengan harapan kambing mendapatkan penanganan medis. Namun, tidak ada petugas kesehatan yang datang untuk memeriksa kondisi kambing atau memberikan pengobatan sampai kambing itu mati.
Hal yang sama juga terjadi di Kota Padang. Armansyah, ketua salah satu keltan di Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Pauh mengatakan, dari 10 ekor kambing yang diterima kelompoknya, 8 ekor telah mati sejak pertama kali diterima hingga saat ini.
Baca Juga : Pantauan Perkembangan Virus Corona di Sumbar: Positif 204, Sembuh 99, dan Meninggal Dunia 3 Orang
Ia heran, kambingnya tetap mati walau sudah disuntik oleh tim medis Dinas Peternakan Sumbar dengan membayar Rp 50 ribu.
“Disuntik tiga kali. Sore disuntik, malam mati,” akunya saat dihubungi Haluan, Jumat (27/3).
Setiap kali mati, pihaknya selalu melaporkan kematian kambingnya ke Dinas Peternakan Sumbar. Namun, petugas Dinas Peternakan tidak mau mengecek ke lapangan. Melainkan meminta kambing yang mati difoto oleh anggota keltan pada empat posisi. Kemudian foto itu dikirim ke Dinas Peternakan bersama berita acaranya.
Zondra Volta, anggota keltan tersebut mengutarakan, ia ditelepon oleh rekan-rekannya sesama anggota keltan yang menerima bantuan kambing dari berbagai daerah di Sumbar, bahwa kambing mereka juga mati. Tidak jauh berbeda, Ali Nursal, ketua kelompok peternak di Kelurahan Pisang, Kecamatan Pauh mengatakan, dari 10 ekor kambing yang diterima kelompoknya, 4 ekor di antaranya mati.
Ia menuturkan, saat pertama kali 10 ekor kambing itu ia terima, salah satu di antara kambing itu mengeluarkan air liur berlebih di mulutnya. Ia pun melaporkan hal itu ke tim medis Dinas Peternakan, yang kemudian membersihkan air liur itu dan memberikan obat kepada kambing. Bukannya sembuh, dua hari kemudian, kambing itu mati. Beberapa hari kemudian, berturut-turun mati 3 ekor kambing.
Hal yang sama juga dilaporkan temannya di Pauh Sembilan, Kecamatan Pauh, bahwa kambing yang diterimanya mati 8 ekor.
Sementara itu, Kabid Produksi Dinas Peternakan Sumbar, Afrizal menjelaskan, jika kematian kambing sebelum 7 hari, akan diganti oleh rekanan yang mendistribusikan kambing itu, dengan syarat keltan memiliki berita acara matinya kambing itu. Jika matinya lewat 7 hari, tidak tanggungjawab rekanan lagi, alias tidak diganti.
Menurutnya, banyaknya kambing bantuan itu yang mati, karena peternak tidak mengerti bagaimana memelihara kambing Etawa.
“Untuk tahun ini, calon penerima bantuan kambing akan diberikan bimbingan di Diklat Pelatihan Peternakan dan Kesehatan di Payakumbuh,” ujarnya.
Ia menuturkan, bantuan kambing itu diberikan oleh rekanan yang difasilitasi oleh Dinas Peternakan Sumbar pada November 2014. “Sebenarnya diberikan bulan September. Namun, keltan penerima bantuan itu baru lengkap pada November,” sebutnya.
Ia menambahkan, tidak semua kabupaten/kota di Sumbar menerima bantuan itu. Saat ditanya berapa total kambing yang diserahkan ke keltan di kabupaten/kota di Sumbar yang menerima bantuan, ia mengatakan bahwa ia lupa jumlahnya.
Irdinansyah Tarmizi, Wakil Bupati Tanah Datar, inisiator pemberian bantuan bibit kambing Etawa tersebut saat menjabat anggota DPRD Sumbar pada tahun 2014 mengatakan, ia berinisiatif memberikan bantuan kambing Etawa kepada peternak karena melihat keberhasilan pengembangan kambing itu di banyak tempat.(h/dib)