Dikatakan Jon Eizal, saat Kongres Pemuda tahun 1928, dari 300-an bahasa daerah yang ada, disepakati bahwa bahasa Melayu Riau ditetapkan sebagai bahasa Indonesia. “Ini tercatat dalam sejarah bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang berasal dari bahasa Melayu Riau,” kata politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Baca Juga : Keren! Kawasan Danau Maninjau Diusulkan Jadi Wisata Unggulan Nasional
Menurut Jon Erizal, Bahasa Indonesia adalah sumbangan terbesar Riau untuk Indonesia, disamping hasil alam, minyak dan gas. “Sayangnya, tak pernah menjadi perhatian sehingga perannya dianggap tidak penting. Padahal, jika tidak ada Bahasa Melayu Riau, mungkin susah kita berkomunikasi diantara warga negara Indonesia,” ujarnya.
Putra kelahiran Bengkalis itu tidak merasa iri dengan pemberian keistimewaan untuk daerah lain, seperti Aceh, Yogyakarta dan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. “Tapi mengapa Riau dilupakan dan luput dari perhatian pemerintah?” katanya mempertanyakan.
Baca Juga : Sandiaga Uno Sebut Ajakan Presiden Cintai Produk Lokal Bisa Bangkitkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Jon Erizal juga tidak menuntut Riau dijadikan daerah istimewa seperti Aceh dan Yogyakarta, tapi keistimewaan itu cukup dalam bentuk perhatian pemerintah. “Keistimewaan itu tidak harus dengan dijadikan daerah istimewa, tapi cukup ditunjukkan dengan perhatian pemerintah dalam pembangunan di Riau,” kata Jon Erizal. (h/sam)