Politisi PDI Perjuangan itu juga dinilai kontroversial dalam pemberian remisi terhadap koruptor.
Baca Juga : Daftarkan Logo Partai atas Nama SBY, Ketua DPC PD Dharmasraya: Cegah Penyalahgunaan oleh Pihak Lain
Demikian hasil penelitian yang dilakukan Political Communication Institute (Polcomm Institute). “Pemberitaan negatif terhadap Menteri Hukum dan HAM sebesar 6,7 persen,” kata Direktur Polcomm Institute Heri Budianto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (11/5).
Setelah Yasonna, menteri yang dinilai negatif kinerjanya melalui pemberitaan media adalah Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno. Menko Polhukam diberitakan negatif terkait pernyataan soal kisruh KPK dan kepolisian. Menko Polhukam mendapatkan porsi kinerja negatif sebesar 6,3 persen. “Menko Polhukam yang paling blunder membicarakan kisruh KPK-Polri,” kata Heri.
Baca Juga : DPC Partai Demokrat Dharmasraya Sampaikan Surat Pengaduan dan Perlindungan Hukum ke Polres Setempat
Di posisi ketiga ialah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dengan persentase 4,1 persen. Sudirman dianggap gagal dalam melakukan pengendalian BBM dan mafia migas.
Pembantu Presiden selanjutnya yang diberitakan negatif kinerjanya adalah Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Andi diberitakan negatif kinerjanya karena dianggap memutus komunikasi antara Presiden Joko Widodo dan partai pengusungnya. Andi Widjajanto memiliki kinerja negatif dengan persentase 3,1 persen.
Baca Juga : Terjun ke Politik, Athari Gauthi Ardi: Ingin Kampung Seperti Jakarta
Selain Andi, Menteri BUMN Rini Soemarno mendapat persentase 1,5 persen. Kinerja Rini disorot negatif terkait rencana penjualan gedung BUMN, pemberian modal kepada BUMN, dan pergantian direksi BUMN.
Kemudian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil diberitakan negatif kinerjanya karena dikaitkan dengan pelemahan ekonomi dan dinilai minim dalam berkoordinasi.
Baca Juga : Ada Gerakan Mau Kudeta Cak Imin dari Kursi Ketum PKB, Benarkah?
Penelitian Polcomm ini dilakukan dengan mengkaji pemberitaan dalam 15 media massa nasional, baik cetak maupun elektronik. Polcomm mengaku menganalisis sebanyak 32.047 berita yang terbit pada Oktober 2014 hingga April 2015.
Penelitian dilakukan dengan metode analisis konten dan analisis wacana (discourse analysis) dalam kurun waktu 1 hingga 7 Mei 2015. “Pemberitaan tentang kinerja menteri adalah liputan, wawancara, kutipan yang dengan persentasi 0,2 persen. (h/dn/kcm)