Menurutnya, kedua kubu tetap akan menyeleksi secara objektif siapa saja yang layak diajukan dalam Pilkada.Nantinya, akan dibentuk tim penjaringan calon yang masing-masing ada di pusat maupun di daerah. Di pusat lanjutnya, akan ada lima orang anggota tim. Sementara di daerah, akan ada tim serupa yang beranggotakan sebanyak tiga orang.
Baca Juga : Lantik Tiga Kepala Daerah, Gubernur Kepri: Wujudkanlah Janji Sejahterakan Masyarakat
“Siapapun dan dari kubu manapun, berhak untuk maju dalam Pilkada. Untuk apa kami menentukan nama tertentu berdasarkan kubu tertentu, jika nantinya tidak punya daya saing di Pilkada,” tutur Lawrence.
Dia menekankan, jika popularitas dan elektabilitas calon, akan menjadi tolok ukur dalam pencalonan kader Golkar di Pilkada mendatang. “Kader harus punya popularitas agar bisa bersaing dengan kader dari partai lain. Dia juga harus punya potensi elektabilitas yang tinggi. Maka akan dicari yang punya elektabilitas tertinggi di antara yang lain,” tambahnya.
Baca Juga : Terlibat KLB, Demokrat Pecat Ahmad Yahya hingga Syofwatillah Mohzaib
Posisi Dilematis
Peneliti Senior LIPI, Siti Zuhro mengatakan, islah terbatas Partai Golkar yang dilakukan demi menghadapi Pilkada 2015, diakui masih meninggalkan satu polemik.
Baca Juga : Gegara Isu Kudeta, 7 Kader Partai Demokrat Bakal Dipecat
Hal itu terkait dengan poin ke empat islah, soal keabsahan pihak yang berhak untuk menandatangani rekomendasi pencalonan kepala daerah yang akan didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Sudah barang tentu, jika masih-masing pihak, baik kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan pihak Agung Laksono (AL), akan ngotot untuk menjadi pihak yang akan menandatangani rekomendasi itu,” kata Siti, Selasa (2/6).
Baca Juga : Setelah PKS, PAN juga Usulkan Kader Dampingi Hendri Septa sebagai Walikota Padang
Siti mengatakan, islah sementara Partai Golkar, dipastikan hanya akan membuat pihak KPU bingung. “Seharusnya kesepakatan Golkar tidak membuat KPU dalam posisi dilematis,” katanya.
Dalam islah yang sudah disepakati terang Siti, seharusnya sudah final dalam memutuskan siapa yang akan menandatangani dokumen yang dibawa ke KPU. Jangan sampai persoalan ini menimbulkan kekisruhan baru di internal Golkar sendiri.
Menurutnya, kekisruhan baru yang dimunculkan dalam tahapan pilkada, akan melibatkan keseluruhan fungsionaris Golkar, mulai dari tingkat DPP sampai DPD baik di provinsi dan kabupaten kota.
“Bisa dibayangkan betapa gaduhnya politik kita kalau kisruh di tingkat pusat diikuti oleh kisruh di daerah. Implikasi ini yang perlu dipertimbangkan secara serius para elite,” tegasnya.
Di sisi lain, Siti juga menekankan agar dua kubu Golkar benar-benar bersatu dan tidak bentrok dalam menjalani proses rekrutmen calon pemimpin daerah yang diusung dalam Pilkada serentak 2015. “Kalau persepsi kedua kubu sudah sama dalam merespons pilkada, ini akan memudahkan kedua kubu untuk tidak selalu mempersoalkan hal-hal yang tidak prinsip,” ujar Siti.
Selain itu, kata dia, kedua kubu harus menyadari bahwa partai politik tidak mudah untuk mengikuti Pilkada serentak ini. “Apalagi ini Pilkada serentak di 269 daerah. Golkar harus solid, tidak saling mengumbar cekcoknya di proses tahapan Pilkada. Meskipun tidak menutup mata, jika ini adalah solid yang disolid-solidkan, solid yang sifatnya tentatif, hanya untuk pilkada saja,” tegasnya.
Siti menilai, kedua kubu telah berniat untuk memenangkan kader di tingkat daerah yang akan mereka usung. “Sebagai partai kedua terbesar yang memenangkan Pileg, Golkar tidak mau ketinggalan pilkada serentak,” pungkasnya. (h/yan/net)