Setelah gol itu, pertandingan lalu berjalan berat sebelah. Soccernet mencatat bahwa Argentina mencatatkan 73 persen penguasaan bola, sementara jamaika cuma 27 persen. Albiceleste juga mampu melepaskan percobaan lebih banyak, dengan catatan 19 kali. Tapi dengan rapatnya barisan pertahanan Jamaika, cuma ada lima tendangan yang tepat sasaran.
Baca Juga : Sumbar Kirimkan Satu Petembak untuk Berlaga di ISSF World Cup Shotgun Italia
Lionel Messi menjadi pemain dengan catatan percobaan paling banyak, yakni tujuh kali. Dua di antaranya menemui bidang. Sedangkan Higuain dan Di Maria, masing-masing melepaskan empat kali sepakan ke gawang.
Satu tendangan tepat sasaran dari Higuain berbuah gol, sedangkan dua sepakan tepat sasaran Di Maria gagal bersarang ke gawang yang dikawal oleh Miller. Di kubu Jamaika, mereka yang dipaksa bermain defensif sepanjang laga, cuma mampu lima kali melakukan tendangan ke arah gawang. Satu di antaranya menemui sasaran.
Baca Juga : Bertemu Menpora, PSSI Laporkan Rencana Persiapan Liga 1
Meskipun meraih kemenangan, tampaknya apa yang ditampilkan Argentina saat mengalahkan Jamaika tak membuat pelatih Gerardo Martino bahagia. Menurutnya Argentina tampil membosankan.
“Kami kurang efektif. Faktanya kami tak menempatkan laga sebagaimana mestinya. Ditambah masalah fisik yang kami alami jelang akhir pertandingan, itu mengkhawatirkan,” ujarnya. “Saya pikir kami melakukannya dengan baik di babak pertama, mencetak gol awal dan kemudian membuat empat atau lima peluang. Tapi di babak kedua membosankan, kontrol bola kami membosankan, pergerakan kami lambat dan tak punya kecepatan,” tandasnya.
Baca Juga : Jelang MotoGP Spanyol: Marquez Belum Berani Targetkan Finis Podium, Butuh Waktu Adaptasi
Pelatih Jamaika, Winfried Schafer mengakui bahwa para pemainnya tampil sedikit gugup saat melawan Argentina, yang diperkuat pemain terbaik di dunia saat ini, Lionel Messi. “Pada babak pertama kami berbicara, dan para pemain merasa gugup karena pertama kali mereka berhadapan dengan Lionel Messi, Angel di Maria dan semua pemain,” jelas Schafer.
Namun setelah terciptanya gol tersebut, Jamaika mampu menguasai diri dan tampil lebih baik menghadapi Argentina.”Kami lebih agresif setelah itu, dan berharap Jamaika bangga dengan tim ini,”ucapnya.
Baca Juga : Persiapan ke PON XX Papua, KONI Kepri Kekurangan Anggaran
“Lionel Messi adalah pemain terbaik di dunia, Di Maria adalah man of the match. Itu berarti kami cukup menghentikan Messi bermain dalam performa terbaiknya, meski tak ada yang mampu benar-benar menghentikannya,” tutupnya. (h/mg-san)