Untuk peran mamak kata M Sayuti saat ini mulai hilang di tengah masyarakat. Penghargaan kepada mamak sudah mulai hilang dari Minangkabau. "Kita tentu tidak ingin hal ini terjadi, maka perlu peran pemimpin yang punya visi yang jelas untuk membangkitkan hal ini," paparnya.
Baca Juga : Politik dan Etika Berkelindan dalam Pengisian Jabatan Wawako Padang
Perhatian ini ujar Sayuti, bisa diwujudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada ninik mamak apapun bentuknya. "Harus ada penghargaan kepada ninik mamak, saat ini peran mereka terkesan belum dihargai," imbuhnya.
Dilanjutkan Sayuti, ketika ninik mamak kembali berfungsi, hukum adat akan bisa dihidupkan kembali di Minangkabau. "Sekarang hukum pemerintah terkesan sudah tumpul, banyak yang tidak lagi patuh dengan hukum dan aturan yang ada. Di sinilah peran ninik mamak dengan hukum adatnya untuk kembali membangkitkan hal ini," terangnya.
Baca Juga : Jangan Terlalu Bersedih Jika Kamu Dihinakan
Hal hampir senada diucapkan Ketua Bundo Kanduang Sumbar Raudha Thaib. Menurutnya pemimpin Sumbar ke depan harus memperhatikan ninik mamak, bundo kanduang dan dapat mengembalikan adat istiadat di Minangkabau.
Khusus untuk Bundo Kanduang kata Raudha, pemerintahan mendatang memang harus memperhatikan kesejahteraannya. Meski pemimpin adalah penghulu namun peran perempuan di pemerintahan tak terbantahkan.
Baca Juga : Mengapa Isu Presiden 3 Periode Kembali Berhembus?
"Saat ini antara limbago yang secara turun temurun terasa dipinggirkan oleh lembaga yang dibentuk," terangnya.
Pemimpin nantinya harus dapat menyatukan peran ini kembali sehingga adat istiadat dapat kembali ditegakkan di Sumbar. "Perempuan sebagai limpapeh rumah nan gadangmerupakan awal ditanamkan nilai-nilai kepada anak-anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus di Minangkabau. jadi, hargai lah bundo kanduang dan sejahterakanlah," tegasnya.
Baca Juga : Perang Inovasi dalam Era Disrupsi
Sementara itu Ketua Majelis Ulama (MUI) Sumbar, Syamsul Bahri Khatib berharap agar pemimpin Sumbar mendatang bisa memajukan Sumbar dari semua aspek kehidupan.
"Harus bisa memajukan Sumbar terutama dalam menjalankan Adat Basandi Syarak, Sayarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Karena saat ini terasa sudah memudar dalam kehidupan masyarakat Minangkabau," ujarnya.
Ditambahkan Ketua MUI, pemimpin Sumbar mendatang harus bisa memunculkan ide-ide dan terobosan yang mensejahterakan rakyat. "Untuk kerukunan kita di Sumbar itu sangat baik buktinya tidak ada gesekan-gesekan antar umat beragama di Sumbar. Namun, jangan berpuas hati hendaknya para pemimpin saat ini karena ke depan harus ada terobosan dari pemimpin agar hal ini tetap terjaga," tutupnya.
Sementara itu, Wali Nagari Koto Baru kec. Kubung Kabupaten Solok Afrizal Khaidir Malin Batuah mengharapkan Gubernur mendatang tak hanya mendorong percepatan pembangunan yang bersifat fisik namun yang terpenting juga mendorong pembangunan yang bersifat nonfisik. "Kalau pembangunan fisik itu hanya bersifat normatif, selagi ada anggaran bisa dibangun. Yang sulit itu membangun mental masyarakat," kata Afrizal Khaidir.
Pihaknya sampai menegaskan demikian lantaran, melihat realita dan fenomena yang berkembang di tengah masyarakat pada hari ini, banyak persoalan dan kasus yang terjadi di tengah masyarakat Minangkabau yang telah mencoreng jati diri orang Minang yang beradat yang berpegang pada falsafah adat basandi syara'-syara' basandi kitabullah. "Ini adalah tantangan bagi kandidat Gubernur mendatang, apakah mereka nanti akan membiarkan Minang ini tinggal kabaunya saja. Jadi hanya sekedar retorika saja," katanya.
Sementara itu wali nagari Garabak Data Kecamatan Tigo Lurah Fardinal berharap Gubernur mendatang mengupayakan percepatan pelepasan daerah tertinggal. Karena seperti halnya nagari Garabak Data, hingga saat ini masih berkutat dengan ketertinggalan. Sementara pemerintah kabupaten Solok hingga saat ini terus berupaya agar nagari yang berbatasan lansung dengan kabupaten Dharmasraya itu dapat disejajarkan dengan nagari lain di daerah itu.
Namun kata Fardinal, upaya itu ternyata belum cukup, sementara sejak Bupati sebelumnya upaya itu juga telah dilakukan, namun tetap saja belum tuntas, karena keterbatasan anggaran di APBD kab. Solok. Sementara masalah lain yang tak kalah penting adalah persoalan status lahan hutan lindung yang dilewati jalan ke nagari itu.
Hal ini kata dia butuh campur tangan provinsi dalam memperjuangkan dalam penuntasan lahan ke kementerian terkai. " Selain itu, keseriusan provinsi dari sisi anggaran juga sangat dibutuhkan, karena upaya yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten sangat terbatas," bebernya.
Wali Nagari Pasar Baru Kecamatan Bayang Evon Riadi mengharapkan gubernur mendatang figur yang memahami kondisi daerah dan masyarakatnya. Betul-betul bertekat untuk membangun. Artinya, tidak hanya sekedar mengejar jabatan dan kedudukan yang tinggi, namun yang lebih penting bisa membawa ekonomi masyarakat lebih baik lagi di masa mendatang. (*)
Laporan:
ISRA, YUTISWANDI DAN M JONI